Bisnis hotel menjadi salah satu sektor usaha yang paling telak dihantam pandemi virus Corona (COVID-19). Bisnis ini bergantung pada kegiatan masyarakat, mulai dari yang menginap hingga mengadakan kegiatan di hotel.
Sayangnya, merebaknya virus Corona membuat kegiatan masyarakat di luar rumah berkurang. Hal itu menyebabkan jasa akomodasi yang ditawarkan tak laku. Di tengah situasi ini, ramai kabar hotel-hotel bertumbangan hingga berujung dijual.
Belum lama ini diinformasikan ratusan hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami kesulitan ekonomi dan bahkan sudah mengalami kebangkrutan. Sebagai daerah wisata, Yogyakarta terkena hantaman keras akibat COVID-19 yang sudah berjalan selama 10 bulan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana menyebutkan bahwa jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah.
"Ada beberapa unit usaha yang mulai tutup. Kemarin data kita 30, sekarang sudah meningkat jadi 50 di DIY per hari ini (Senin 1 Februari) hotel dan resto yang tutup, ini hanya data yang masuk sebagai anggota PHRI DIY, jumlahnya 300-an. Kalau di luar PHRI, bisa dua kali lipat, ratusan," sebut Deddy seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Selasa (2/2/2021).
Ratusan hotel masuk ke dalam beberapa kategori, mulai dari kuat, setengah kuat, pingsan, hampir mati dan mati. Kekuatan finansial dari masing-masing unit usaha menjadi penentu.
"Ada kemungkinan hotel dijual, bertahan dengan menjual aset atau istirahat sementara saja. Banyak juga yang menawarkan hotel," papar Deddy.
Baru-baru ini juga ramai hotel-hotel di DKI Jakarta dijual di lapak online. Dari hotel bintang 3 sampai bintang 5 dibanderol dengan harga mulai Rp 85 miliar hingga Rp 2,7 triliun.
Dilihat di sebuah situs penjualan online, Jumat (5/2/2021), hotel-hotel yang dijual lokasinya tersebar, mulai di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, hingga Jakarta Barat. Misalnya saja sebuah hotel berbintang 5 di Jakarta Pusat, dibanderol dengan harga Rp 2,7 triliun. Hotel tersebut memiliki 20 lantai dengan total 251 kamar.
Terlepas dari benar atau tidaknya iklan tersebut, faktanya memang bisnis ini sedang sekarat dan ada kemungkinan besar pemiliknya memutuskan untuk menjualnya.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, informasi hotel dijual tak secara resmi dilaporkan kepada PHRI. Namun, kemungkinan hotel dijual itu ada, apalagi di tengah tekanan pandemi COVID-19 yang menggerus pemasukan.
"Kalau masalah validitas penjualannya tentu yang tahu yang pasang iklan. Karena kita tidak pernah dilaporkan atau diinformasikan apakah propertinya dijual atau tidak. Kemudian kalau ditanya hubungannya dengan situasi CIVD-19, kemungkinan itu pasti ada, karena memang benar situasi saat ini khususnya untuk bisnis hotel dan restoran paling terpukul, apalagi ini sudah masuk bulan ke 12 (pandemi)," kata Maulana kepada detikcom, Jumat (5/2/2021).
Dihubungi secara terpisah, Ketua Badan Pimpinan Daerah PHRI DKI Jakarta Sutrisno Iwantono juga mengatakan hal serupa.
"Kalau benar atau tidaknya saya nggak tahu, karena itu bukan lewat PHRI. Ya mungkin saja, tapi saya untuk kasus ini tidak tahu, karena itu kan urusan masing-masing hotel. Kita tidak mencampuri dan mereka tidak ada kewajiban untuk melaporkan kepada PHRI. Tapi memungkinkan saja," terang dia.
Simak video 'KRL Yogya-Solo Operasi Full 10 Februari':