Bukit Algoritma, 'Silicon Valley'-nya RI Cuma Gimmick Doang?

Terpopuler Sepekan

Bukit Algoritma, 'Silicon Valley'-nya RI Cuma Gimmick Doang?

Hendra Kusuma - detikFinance
Sabtu, 17 Apr 2021 13:49 WIB
Bukit Algoritma disebut bakal menjadi Silicon Valley-nya Indonesia. Area ini ada di kawasan ekonomi khusus untuk pengembangan teknologi dan industri 4.0.
Foto: Syahdan Alamsyah/Detikcom: Lokasi lahan untuk proyek Bukit Algoritma
Jakarta -

Belakangan ini proyek Bukit Algoritma menjadi buah bibir, hampir seluruh masyarakat Indonesia membicarakannya. Terlebih lagi, proyek ini digadang-gadang akan menjadi 'Silicon Valley'-nya tanah air.

Namun begitu, tidak sedikit juga orang yang ragu terhadap proyek yang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini. Seperti Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang khawatir sebutan 'Silicon Valley' hanya akan menjadi gimmick belaka.

Akan tetapi, Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sujatmiko langsung merespon pernyataan orang nomor 1 di Jawa Barat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama saya bukan ahli gimmick. Beberapa pekerjaan saaya di masa lalu juga bukan gimmick," kata dia kepada detikcom, Rabu (14/4/2021).

Kedua, lanjut Budiman, proyek Bukit Algoritma juga juga sudah memiliki seluruh aspek. Mulai dari sumber daya manusia (SDM) seperti peneliti, tanah, investor, dan pasarnya.

ADVERTISEMENT

Bukit Algoritma dibesut oleh PT Amarta Karya (Persero) atau Amka, PT Bintang Raya Lokalestari, dan Kiniku Bintang Raya KSO.

Proyek ini akan dibangun di lahan seluas 888 ha di Cikidang dan Cibadak Sukabumi. Amarta Karya bertindak sebagai mitra yang membangun Bukit Algoritma, sedangkan Bintang Raya Lokalestari sebagai pemilik lahan.

Untuk tahap awal pembangunan selama tiga tahun ke depan, nilai total proyek diperkirakan bakal menghabiskan 1 miliar euro atau setara dengan Rp 18 triliun.

Untuk SDM sendiri menurut Budiman ada anak-anak Indonesia yang lulusan Silicon Valley juga sudah berminat untuk ikut berpartisipasi dalam Bukit Algoritma. Selain itu dia juga mengumpulkan putra-putri bangsa lulusan luar negeri dan dalam negeri yang fokus dalam teknologi dan riset.

"Saya sedang kumpulkan, banyak ada 200-an lebih. Mereka butuh pulang ke Indonesia. Mereka dapat beasiswa tapi mereka bingung pulang ilmunya kepake nggak? Saya bilang kepake nanti asal berkoneksi dengan desa-desa yang nanti akan beli produk inovasi kamu, dan diharapkan desa berinvestasi pada kecerdasan dan keahlianmu," terangnya.

Budiman mengatakan di Bukit Algoritma pihak yang menampung hasil risetnya adalah desa. Saat ini desa sangat membutuhkan teknologi pertanian, perikanan hingga penerapan IT.

Oleh karena itu Bukit Algoritma bisa menjadi tempat untuk memproduksi inovasi yang dibutuhkan desa tersebut. Apalagi saat ini desa diberikan dana desa untuk perkembangan di daerahnya.

"Dengan adanya dana desa, kan desa punya daya beli. Bukan cuma daya beli produk inovasinya, bahkan kira rangsang desa-desa untuk berinvestasi juga mengembangkan lembaga riset. Kita mau buat menara bumdes di sini, tepat dimana R&D dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh bumdes," terangnya.

Bagaimana pandangan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terhadap proyek Bukit Algoritma ini? Langsung klik halaman berikutnya

Sebelumnya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut mengomentari terkait proyek Bukit Algoritma yang disebut bakal jadi Silicon Valley Indonesia. Dia berharap proyek yang akan dibangun di Sukabumi itu tidak hanya sekedar gimmick semata.

Pria yang akrab disapa Kang Emil mengatakan ada beberapa syarat agar proyek Silicon Valley berhasil. Seperti di Amerika Serikat, kata dia, kesuksesan Silicon Valley karena integrasi industri, finansial dan institusi.

"Kenapa Silicon Valley sukses? Saya kasih tahu, karena di sana (Amerika Serikat) ada kumpulan universitas berdekatan dengan kumpulan industri, berkumpul dengan finansial institusi. Kalau tiga poin tadi tidak hadir dalam satu titik, yang namanya istilah Silicon Valley itu hanya 'gimmick-branding' saja," kata Kang Emil di Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, Senin (12/4/2021).

"Tapi kalau bisa membuktikan tiga komponen itu hadir, ada universitas untuk riset, ada industri yang mengambil riset jadi barang, jadi inovasi dan ada pembiayaannya ada investor. Ada macam-macam," kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu.

Meski begitu, Kang Emil mendukung upaya dari perusahaan pelat merah PT Amarta Karya (Persero) tersebut.

"Niatnya saya respons, saya dukung, tapi hati-hati kepada semua orang yang sedikit-sedikit bilang mau bilang bikin Silicon Valley, ukurannya ada tiga yang tadi," ujarnya.

Budiman Sudjatmiko menjelaskan, Bukit Algoritma akan sedikit berbeda dengan Silicon Valley. Pertama Bukit Algoritma tidak hanya sebagai pusat teknologi tinggi dan inovasi seperti Silicon Valley, tapi juga ada pengembangan biotech.

"Kalau di Silicon Valley kan tidak terlalu banyak biotech, kalau di AS itu pusatnya untuk biotech di Boston," tuturnya.

Perbedaan kedua, lanjut Budiman, Bukit Algoritma juga mengedepankan kajian-kajian filsafat dan antropologi dalam pengembangan riset dan teknologinya. Menurutnya itu faktor penting yang tidak dimiliki Silicon Valley.

"Ini penting, karena perkembangan teknologi itu kan juga harus dituntun oleh pertimbangan-pertimbangan etis. Lalu antropologi memahami agar jangan sampai perkembangan teknologi yang dikembangkan itu bertentangan dengan keanekaragaman budaya," terangnya.

Menurutnya teknologi yang dikembangkan di Bukit Algoritma nantinya tidak boleh mematikan kearifan lokal. Justru teknologi yang ada menjadi pendukung untuk kearifan lokal.

Lalu dari sisi fasilitas, Budiman menegaskan Bukit Algoritma juga akan terdapat fasilitas pendidikan seperti di Silicon Valley. Namun bedanya pendidikan yang ada nantinya tidak berdasarkan gelar, tapi lebih kepada vokasi.

"Kita antisipasi juga, pendidikan bukan seperti yang kita pahami saat ini. Tidak harus gelar, tapi berorientasi pada kursus yang mendalam, berkaitan dengan keterampilan. Jadi pendidikan vokasi, tetapi diberikan pemahaman-pemahaman filosofis artinya menjadi manusia yang hidup di era new normal. Jadi bukan cuma coding atau programming tapi juga kemampuan riset inovatif dan filosofis juga dan pendidikan kewirausahaan," terangnya.

Menurutnya anak-anak Indonesia yang lulusan Silicon Valley juga sudah berminat untuk ikut berpartisipasi dalam Bukit Algoritma.

Lalu Silicon Valley juga dikelilingi perusahaan-perusahaan yang siap menampung hasil risetnya. Nah di Bukit Algoritma menurutnya pihak yang menampung hasil riset adalah desa.

Untuk urusan riset, Budiman menegaskan bahwa Bukit Algoritma telah menggandeng beberapa universitas baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk dalam negeri ada IPB, ITB dan Unpad yang diakuinya sudah melakukan MoU. Para universitas itu akan diberikan lahan masing-masing 25 ha.

"Jadi kita bahkan juga sudah MoU dengan IPB, ITB dan Unpad. Masing-masing kampus kita kasih 25 ha. Selama ini mereka belum bisa jalan karena belum ada kegiatan, tapi dengan adanya investasi mereka bersedia," ucapnya.

Tak hanya itu, menurut Budiman, Bukit Algoritma juga akan dilengkapi dengan hotel, resort, laboratorium, sungai dan danau buatan. Bahkan menurutnya juga akan ada tempat belanja. "Jadi akan seperti kota," tutupnya.


Hide Ads