Menurutnya, hunian inklusif itu sendiri mengandung arti bahwa setiap orang diajak memposisikan masing-masing dirinya sebagai pemangku kepentingan sehingga setiap orang lebih mengerti masalah-masalah dan tantangan-tantangan dalam mewujudkan rumah layak huni.
"Kita semua menyadari bahwa selama pandemi, setiap orang diminta stay at home. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi keluarga-keluarga di Indonesia yang memiliki ukuran rumah over crowded yang rentan terhadap transmisi penyakit. Lain lagi ketika setiap orang diminta rajin cuci tangan sementara air bersih sangat sulit diperoleh. Kondisi ini semakin menekankan betapa pentingnya keberadaan rumah layak, khususnya di masa pandemi," terang dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Jurusan Arsitektur FTSP Usakti, Dr. Etty R K mengatakan, Trisakti sebagai perwakilan akademisi dalam Housing Forum Indonesia nantinya tidak hanya sebatas melakukan pengajaran dan penelitian, melainkan juga berperan aktif terjun memberikan kontribusi kepada masyarakat.
"Tidak hanya aktif berwacana tetapi juga berpraktik menghasilkan karya membangun masyarakat melalui hunian layak untuk membantu mendukung kehidupan perekonomian masyarakat tentunya dengan teknologi tepat guna dan inovasi konsep perencanaan yang efisien," tutupnya.
(acd/zlf)