Masalah industri properti di China terus berlanjut. Salah satu perusahaan real estate di Negeri Tirai Bambu itu, Kaisa Group berisiko mengalami gagal bayar.
Dilansir dari BBC, Senin (8/11/2021), Kaisa mengkonfirmasi bahwa pihaknya menghadapi tekanan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu dikarenakan pasar properti yang sangat menantang.
Kesulitan Kaisa muncul tak lama setelah Evergrande. Perusahaan itu telah jadi sorotan sejak September lalu dan diperingatkan bisa gagal bayar utang yang mencapai lebih dari US$ 300 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdagangan saham Kaisa Group dan tiga unitnya ditangguhkan di bursa Hong Kong pada Jumat (5/11), setelah salah satu bisnisnya melewatkan pembayaran. Sebelum penangguhan, Kaisa yang memiliki nilai pasar sekitar US$ 1 miliar, sahamnya mencapai rekor terendah pada Kamis (4/11).
Selain Evergrande dan Kaisa, ada banyak pengembang yang punya masalah keuangan. Menurut raksasa perbankan Jepang Nomura, total utang gabungan mereka diperkirakan lebih dari US$ 5 triliun atau hampir sebesar ekonomi Jepang.
Fantasia, Sinic, dan China Properties Group semuanya telah gagal membayar utang dalam beberapa bulan terakhir. Sementara Kaisa telah menjadi pengembang terbaru yang melewatkan pembayaran.
Investor dan ekonom khawatir bahwa masalah keuangan yang dihadapi oleh pengembang ini akan membuat konsumen semakin enggan untuk membeli properti. Padahal real estate telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.