Aktivitas di perkotaan baik berhunian, bekerja, maupun menjalani lifestyle lainnya akan memakan banyak biaya. Perkotaan yang padat terus mendorong kebutuhan sarana hunian hingga bertransportasi yang makin tinggi dan akhirnya mendorong pemborosan dan berdampak langsung mengurangi kemampuan kita untuk menabung.
World Bank menyebut, situasi ini juga menyebabkan segmen masyarakat terkotak-kotak berdasarkan tingkat penghasilannya. Ada lima kelas ekonomi yaitu poor, vulnerable, aspiring middle class, middle class, dan upper class. Dari dua segmen aspiring middle class dan middle class saja telah membuat kawasan perkotaan padat dengan kendaraan dari dua segmen ini dan di sisi lain kalangan ini juga rawan untuk turun kelas dengan mahalnya biaya transportasi yang harus ditanggung.
Karena itu hunian yang terintegrasi transportasi publik atau transit oriented development (TOD) merupakan pilihan tepat. Konsep ini juga sukses diterapkan di berbagai kota-kota maju dunia seperti Singapura yang masyarakatnya terus shifting ke transportasi publik dengan mahalnya bila menggunakan kendaraan pribadi dan konsep ini juga terus berkembang di perkotaan Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya proyek TOD Urban Suites di Jalan Raya Caman, Jatibening, Bekasi, yang terintegrasi (0 meter) dengan Stasiun LRT Cikunir 1 Jatibening. Proyek ini menawarkan kepraktisan mobilitas dengan transportasi publik berbasis rel yang modern maupun fasilitas lainnya yang cocok untuk lifestyle kalangan urban. Informasi mengenai konsep TOD Urban Suites bisa dilihat di www.urbansuites.co.id.
"Berbeda dengan klaim proyek TOD, kami yang menerapkan real TOD karena integrasi langsung dengan stasiun melalui skybridge. Karena konsep TOD yang kami terapkan ini akhirnya dijadikan pilot project oleh Pemkot Bekasi sebagai percontohan kawasan TOD terlebih lokasi proyeknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta," ujar Bambang Sumargono, Presiden Direktur PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN), pengembang Urban Suites.
Bersambung ke halaman selanjutnya.