Pemindahan ibu kota dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur masih menuai pro dan kontra. Sebagian pihak memandang, Jakarta masih menjadi lokasi terbaik sebagai Ibu Kota Negara karena menimbang nilai sejarah hingga kemajuan pembangunannya dibanding wilayah lain.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memberikan pandangan berbeda untuk merespons pandangan di atas. Justru menurutnya, ibu kota negara saat ini, Jakarta, tidak terlalu spesial.
"Itu tadi kalimat sederhana yang 'Jakarta ga spesial-spesial amat untuk jadi ibu kota' itu bener, tidak spesial gitu loh Jakarta jadi ibu kota," kata dia saat berkunjung ke markas detikcom, Jakarta, Rabu (26/1/2022) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila bicara soal nilai sejarah, lanjut Suharso, banyak tempat bersejarah di kota-kota lain. Makam Bung Karno di Blitar, Makam Soeharto di Solo, Makam Gus Dur di Jombang. Selain itu juga bangunan bersejarah yang berada di kota-kota lain.
Fakta itu menggugurkan posisi Jakarta sebagai tempat paling bersejarah di tanah air.
"Contoh dari sisi historis, Bung Karno di makamkan di Blitar, Pak Harto di Solo, Gus Dur di Jombang. Jadi kan kemudian pada sisi situ aja, historis jadi relatif kan," tambah Suharso.
Selain melihat dari sisi sejarah, menurut Suharso dibandingkan dengan kota lain petugas lalulintas di Jakarta masih tertinggal. Seperti kawasan BSD yang pengaturan lalulintasnya sudah pakai AI, dan diatur di Command Center.
"Dan mereka (BSD) sudah mampu diasumsikan sebagai kota, mereka bisa melakukan Command Centre-nya luar bisa, menggunakan AI, jadi kepadatan lalu lintas bagaimana lampu merah itu tidak berdasarkan menit, tapi berdasarkan kepadatan lalu lintas yang ditangkap oleh engine-nya itu," kata Suharso.
Artinya, pengelolaan lalulintasnya BSD lebih maju ketimbang Jakarta. Jika pengelolaan lalulintasnya masih tertinggal, bagaimana menghadapi tantangan ke depan yang katanya Ibu Kota tapi masih tertinggal.
"Apalagi untuk menghadapi tantangan ke depan. Cara-cara kerja baru. Menghadapi perubahan iklim untuk memimpin Indonesia menjadi Nol Zero Emmission. Jakarta sudah tidak spesial-spesial amir, karena amat sedang ke pasar," canda Suharso.
(dna/dna)