Berdasarkan sebuah riset yang dirilis Urbis Australia, permintaan untuk apartemen baru di Kota Sydney telah rebound ke level tertinggi dalam empat tahun terakhir atau situasi sebelum adanya pandemi Covid-19. Hal itu ditunjukkan dengan lonjakan harga pada produk properti khususnya rumah tapak (landed house) sehingga membuat masyarakat mencari unit dengan harga yang lebih terjangkau.
"Hal ini membutuhkan pasokan yang terus masuk untuk memenuhi permintaan pasar dengan cepat juga untuk mengatasi dampak peningkatan arus imigrasi penduduk seiring pembatasan yang terus diperlonggar oleh Pemerintah Australia. Ini merupakan periode empat tahunan di mana volume suplai unit properti terus mengalami penurunan di sejumlah negeri," ujar Direktur Urbis Mark Dawson.
Urbis Australia merupakan organisasi terkemuka yang memiliki visi untuk mengembangkan tata kota dan komunitas masa depan yang lebih baik. Mark juga menambahkan, khusus untuk wilayah Sydney terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan untuk sektor propertinya pasca lockdown yang diterapkan beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi ini sangat menguntungkan bagi pengembang Crown Group terlebih setelah pembukaan pusat perbelanjaan The Grand Shopping Centre tahap satu bulan Oktober tahun lalu dan The Grand Residences tahap satu yang akan siap diserahterimakan dalam waktu dekat. Crown Group merupakan pengembang Australia yang didirikan pengusaha Indonesia Iwan Sunito dan Paul Sathio.
Menurut Direktur Penjualan dan Pemasaran Crown Group Indonesia Tyas Sudaryomo, situasi ini menciptakan kondisi yang sangat jarang terjadi khususnya di Sydney sehingga membuat permintaan produk-produk yang dipasarkan Crown Group terus menunjukkan peningkatan.
"Dari total 133 unit apartemen di The Grand Residences sebanyak 45 unit dialokasikan untuk disewakan dan semua berhasil disewakan bahkan sebelum proses serah terima kunci. Hal ini tidak terlepas dari kawasan Eastlakes yang lokasinya dekat dengan UNSW sebagai salah satu universitas di Sydney yang sangat popular di kalangan mahasiswa asal Indonesia selain hanya sekitar 6 km dari CBD Sydney dan 3 km ke bandara," katanya, Sabtu (19/2/2022).
Eastlakes menjadi kawasan suburban timur Sydney terakhir yang belum diremajakan sehingga harga per meter perseginya (m2) menjadi yang paling terjangkau di kawasan inner city. Hal ini membuat Eastlakes disebut sebagai the hidden gem bahkan masuk dalam daftar Sydney's Top Five under-the radar suburbs oleh propertybuyer.com.au. Kawasannya juga mudah ke pantai terkenal di Sydney yaitu Coogee.
Saat ini The Grand Eastlakes merupakan proyek hunian mixed use terbesar dalam sejarah pengembangan Crown Group dengan nilai Rp10 triliun. Kawasannya menyediakan The Grand Shopping Centre dan apartemen The Grand Residences yang tepat di atas pusat perbelanjaan. Sebelumnya Crown Group juga telah sukses mengembangkan hunian vertikal di atas pusat perbelanjaan Top Ryde.
Mengutip www.crowngroup.co.au/, The Grand Eastlakes dikembangkan di kedua sisi Evans Avenue yang termasuk proyek pembaruan perkotaan dengan rencana pengembangan dua tahap sebanyak 490 unit apartemen mewah yang dirancang oleh Francis-Jones Morehen Thorp Pty Ltd (fjmt). Tahap satunya terletak di sisi utara Evans Ave (133 unit) yang menyediakan 15 gerai ritel di atas area 1.600 m2 dengan main tenant Aldi dan Woolworth Metro.
Tahap duanya terletak di sisi selatan Evans Ave dan akan dibangun pada akhir tahun ini yang terdiri dari 357 unit apartemen di atas pusat perbelanjaan ultra modern tiga lantai seluas 13 ribu m2 yang dirancang oleh Buchan Group. Area ritelnya akan menampilkan 80 gerai ritel kalangan atas, komunitas, pusat medis, kuliner, hingga perpustakaan umum.
"The Grand Eastlakes ini secara dramatis akan mengubah kawasan pinggiran Eastlakes dengan membangun desa urban baru yang modern sehingga memberikan pembaruan ke pinggiran Sydney menjadi bagian kota lama namun lokasi strategis di timur Sydney. Hal ini juga merealisasikan visi Crown Group melalui proyek The Grand Eastlakes sekaligus merevitalisasi kawasan Eastlakes," beber Tyas.
Tonton juga Video: Perancang Istana Negara Baru, Tak Mau Dibayar Malah Mau Menyumbang