Menurutnya, rencana pembuatan Undang-undang tersebut bisa membuat pengkotak-kotakan dan membatasi kreativitas. Nyoman menjelaskan, pada tahun 1976 dirinya dengan grup seni rupa pernah menolak adanya pembatasan kreativitas melalui 'isme-isme'.
"Terus ada pengkotakan-pengkotakan itu kita sikat itu. Itulah apa yang Anda lihat sekarang seni rupa sekarang luar biasa kebebasannya kreativitasnya, itu seniman Indonesia. Itu usaha kita tahun itu berapa tahun lalu. Masa sekarang arsitek kita masih seperti itu itu, membatas-batasi diri," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi, Nyoman bilang dalam mendesain sebuah kawasan atau gedung tentunya harus melibatkan berbagai ahli. Misalnya ahli struktur, gempa dan segala macamnya sudah belum.
"Ini bukannya saya menggurui tetapi begitu seharusnya. Jangan mau bikin undang-undang, maksudnya mau membatas-batasi seorang," imbuhnya.
Nyoman juga menepis isu yang menuduh dirinya telah lama kenal dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia mengaku baru kenal Jokowi beberapa tahun belakangan ini dan baru berkesempatan berbincang saat sudah terpilih dalam sayembara desain IKN.
Nyoman bercerita, perkenalan pertamanya saat dikenalkan oleh Perdana Menteri India Narendra Modi sekitar tahun 2018.
"Baru kenal. Jadi isu yang dituduhkan kepada saya Nyoman Nuarta jelas yang dipilih karena tim suksesnya Pak Jokowi, katanya. Itu berat banget, ya tapi nggak apa apa," pungkasnya.
(eds/eds)