Dihantam Suku Bunga Naik hingga Inflasi, Pengembang Pede Properti Masih Moncer

Dihantam Suku Bunga Naik hingga Inflasi, Pengembang Pede Properti Masih Moncer

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Rabu, 30 Nov 2022 16:10 WIB
Rumah murah di Citayam-Bojonggede
Foto: Rumah murah di Citayam-Bojonggede/Sylke Febrina Laucereno/detik

Selain pengembang properti, pihak perbankan juga optimis tahun depan penyaluran KPR akan terus naik. Group Head Consumer Financing Bank Syariah Indonesia (BSI) Praka Mulia Agung mengatakan tahun 2022 pertumbuhan penyaluran KPR BSI sebesar 14% dan tahun 2023 mendatang ditargetkan tumbuh 16-18%.

"Jika melihat ke belakang, sektor properti tahan tekanan dan terus tumbuh, bahkan saat puncak pandemi Covid-19. Di masa sulit ada peluang. Harapan itu ada dan kami yakin pemerintah akan terus terus menjaga perekonomian tetap tumbuh," ujar Praka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Praka juga menambahkan bahwa potensi kredit perumahan syariah masih sangat besar dan akan semakin digarap oleh BSI.

Praka mengatakan bahwa BSI selama ini banyak membiayai rumah pertama yang dibeli end user seharga di bawah Rp1 miliar di Jabodetabek.

ADVERTISEMENT

"Kami juga akan menggarap potensi di luar daerah yang sangat besar dengan menawarkan program-program yang menarik. BSI memiliki struktur dana yang baik sehingga bisa kompetitif di pasar," kata Praka.

Di lain sisi, Kepala Divisi Subsidized Mortgage Lending Division Bank BTN Moh. Yut Penta mengakui bahwa terjadi tekanan terhadap ekonomi nasional sejak pandemi berlangsung. Namun demikian, sektor properti masih tergolong resilient jika dibanding dengan sektor bisnis lain.

Ia menambahkan, pertumbuhan sektor perumahan memang tidak tinggi, tetapi tetap stabil. Jika dilihat dari kelas, pola ini hampir sama dengan sektor lain.

"Pada saat ekonomi turun, kelas menengah dan atas turun paling dalam. Justru kelas menengah ke bawah yang tetap stabil. Hal lain yang membuat pasar perumahan menengah ke bawah tetap stabil adalah tingkat backlog yang lebih banyak di kelas menengah bawah," katanya.

Moh. Yut Penta mengatakan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) lebih resilient karena mereka merupakan pembeli rumah pertama (first home buyer) yang memang butuh rumah untuk tempat tinggal. Dengan demikian demand di kelas ini tetap terjaga.

"Di saat suku bunga naik, Bank BTN melakukan inovasi pada produk KPR non subsidi, seperti menawarkan produk KPR dengan suku bunga tetap (fix rate) mulai 2 hingga 10 tahun. Bank BTN juga melakukan kerja sama dengan pengembang properti untuk menawarkan KPR dengan suku bunga KPR 2,47% fix satu tahun," terangnya.

Selanjutnya, Head of Consumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Ari Indiastomo mengungkapkan Bank BRI melakukan beberapa inovasi di sektor KPR berdasarkan pada kebutuhan konsumen (consumer centric). Salah satunya KPR yang menyasar generasi milenial dengan suku bunga 2,87% fix satu tahun atau 4,97% fix 2 tahun.

"Agar konsumen tertarik, Bank BRI memberikan harga khusus, bunga khusus, dan gimmick khusus," tuturnya.

Ia menyatakan di 2022 ini, realisasi KPR Bank BRI tumbuh 10,5%. Meskipun di tengah masa pandemi, KPR Bank BRI tetap mengalami pertumbuhan. Menurutnya, saat ini KPR didominasi rumah komersial dengan ticket size Rp400 juta - Rp500 juta.

Sementara itu, untuk KPR subsidi mencapai 12%. Realisasi KPR subsidi tumbuh signifikan. Jika di 2021 hanya 11.000 unit, di 2022 ini naik menjadi 20.000 unit.

"Tahun 2023 kami menargetkan penyaluran KPR tumbuh 14%, subsidi dan non subsidi," ujar Ari.



Simak Video "Video Survei Harga Properti Triwulan IV 2024: Penjualan Menurun"
[Gambas:Video 20detik]

(zlf/zlf)

Hide Ads