Bisnis ruang kantor merupakan salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi COVID-19. Hal ini karena saat awal pandemi, banyak perusahaan yang menerapkan work from home (WFH), sehingga tak ada lagi penyewa.
Pandemi telah berlalu, bagaimana nasib bisnis ruang kantor ke depan?
Associate Director, Occupier Strategy & Solutions Knight Frank Indonesia Andi Rina Martianti mengungkapkan pasar gedung perkantoran dalam waktu dekat ini masih sangat penuh tantangan.
"Masih challenging, di post COVID-19 dan tahun depan ada Pemilu. Ini akan mempengaruhi ya," kata dia dalam konferensi pers, Kamis (23/2/2023).
Dia menyebutkan, akan banyak pemilik gedung yang berupaya untuk menarik penyewa dengan menerapkan harga-harga dan fasilitas yang fleksibelitas tambahan.
"Mungkin bisa kita tunggu dan lihat setelah pemilu, tapi saya rasa tidak akan naik. Namun memang akan lebih baik dari sekarang," jelasnya.
Tak cuma kantor biasa, bisnis co working space yang beberapa tahun lalu sempat booming, prospeknya masih tertekan akibat COVID-19.
Hal ini karena masih banyaknya orang yang bekerja jarak jauh hingga sulitnya mendapatkan perusahaan yang ingin menyewa.
"Ada co working space pailit, karena terlalu ekspansif. Apalagi setelah COVID-19 ini masih sulit juga untuk mereka," jelasnya.
Saat ini banyak perusahaan yang menyewa ruang yang lebih kecil. Hal ini untuk meminimalisir anggaran. Jadi dibuat ruang-ruang kecil dan satu ruang untuk rapat besar.
Simak Video "Klaster Perkantoran Naik, Satgas Imbau Penutupan Sementara"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/zlf)