Pasar properti Singapura nampak masih sangat cemerlang bagi pembeli asal Indonesia. Terakhir, kabar menghebohkan muncul ketika keluarga kaya asal Indonesia yang belum terungkap identitasnya dilaporkan membeli properti mewah di kawasan elite Nassim Road, Singapura.
Keluarga kaya itu dikabarkan membeli tiga rumah bungalo kelas atas (good class bungalow/GCB) di kawasan elite tersebut. Tidak tanggung-tanggung rumah mewah itu dibeli dengan harga yang sangat fantastis, jumlahnya mencapai US$ 155 juta atau Rp 2,27 triliun (kurs Rp 14.700).
Hal ini terungkap dari laporan properti Mingtiandi Singapura. Dalam situs resminya, Mingtiandi mengunggah sebuah artikel berjudul 'Keluarga Indonesia Membeli Bungalow di Jalan Nassim Singapura Seharga US$ 155 Juta' pada 19 April 2023 lalu.
"Cuscaden Peak Investments yang didukung Temasek Holdings telah menjual tiga rumah besar di Nassim Road Singapura seharga US$ 155 juta. Menurut perwakilan perusahaan, sumber pasar mengidentifikasi pembeli ke Mingtiandi sebagai keluarga kaya Indonesia," tulis laporan di situs resmi Mingtiandi, dikutip Selasa (25/4/2023).
Dikutip dari artikel Property Asia Direct, ternyata ada banyak faktor yang membuat pasar properti Singapura sangat menggiurkan bagi pembeli Indonesia. Bahkan, disebutkan orang Indonesia menjadi salah satu pembeli real estate asing teratas di Singapura.
Pengacara Singapura Sim Mong Teck yang sering mendapatkan klien asing untuk urusan properti menyatakan orang Indonesia sudah sejak lama sering membeli properti di Core Central Region (CCR). Hal itu menjadi tren dari 1995 hingga 2010-an.
Unit properti CCR kebanyakan berada di jantung kehidupan modern Singapura. Termasuk kawasan Watten Estate, Novena, Thomson, Orchard, Cairnhill, River Valley, Raffles Place, Ardmore, Tanglin, Bukit Timah, Holland Road, dan Sentosa.
Kini, ketika harga real estat di Singapura makin setinggi langit orang Indonesia yang kaya raya beralih ke kondominium yang terletak di daerah pinggiran kota seperti Jurong dan Ang Mo Kio yang harganya jauh lebih terjangkau.
Daya Tarik Properti Singapura:
1. Investasi Super Untung
Alasan pertama pembelian properti di Singapura adalah untuk investasi. Banyak sekali properti dibeli untuk kemudian disewakan kembali. Hal itu didorong oleh faktor banyaknya populasi ekspatriat dari negara lain yang tinggal dan bekerja di Singapura.
Mengingat secara geografis lingkungan Singapura sangat padat, otomatis tidak akan sulit menemukan penyewa flat atau kondominium dengan pasar ekspatriat di Singapura.
Maka dari itu, pasar persewaan sangat menggoda karena uang cepat mungkin mengalir masuk begitu seseorang membeli properti dan menyewakannya kepada orang lain. Hal tersebut menempatkan Singapura pada posisi yang paling tinggi untuk pasar properti sewaan dibandingkan dengan kota-kota metropolitan lainnya di Indonesia.
2. Fasilitas Mumpuni
Singapura menawarkan kehidupan yang memuaskan bagi mereka yang berencana membeli properti untuk penggunaan pribadi. Pendidikan kelas dunia, fasilitas kesehatan yang luar biasa, infrastruktur publik yang canggih, dan tingkat keamanan yang sangat tinggi di Singapura membuat negara itu menjanjikan bagi orang yang ingin tinggal dan hidup di sana.
Di sisi lain, sejarah kelam tragedi 1998 dinilai membuat orang Indonesia berpikir bahwa akan lebih aman bagi mereka untuk memiliki properti di Singapura jika kerusuhan yang mengerikan dan menakutkan itu terjadi lagi.
3. Kemudahan Finansial
Bagi orang Indonesia, ternyata secara finansial lebih mudah bagi mereka untuk membeli properti di Singapura. Ada banyak kemudahan yang ditawarkan secara finansial untuk bisa membeli properti di negeri Singa.
Teddy, pimpinan tim penjualan dari Far East Organization mengungkapkan beberapa keunggulan di pasar properti Singapura. Pertama, tingkat hipotek di Singapura cuma 2%, hal ini dinilai jauh lebih murah dengan rata-rata tingkat hipotek di negara lain, termasuk Indonesia.
Kedua, jangka waktu pembayaran cicilan KPR di Singapura maksimal 30 tahun, dua kali lebih lama dibandingkan di Indonesia. Terakhir, pemerintah Singapura banyak mengenakan denda pada pengembang jika konstruksi selesai terlambat dan ini meyakinkan pembeli proyek selesai tepat waktu.
Lihat juga Video 'Bahlil: Konglomerat RI Orangnya Itu-itu Terus':
(hal/ara)