"Kita juga monitor property prices karena kadang menjadi bubble, dan kalau kita lihat di Jakarta Barat harga properti kok tidak begitu tinggi , kita mesti waspada dan itu semua kita jaga agar tidak ada satu dampak kepada ekonomi makro indonesia," ujar Menteri Keuangan Agus Martowardoyo ketika ditemui disela acara World Economic Forum (WEF), di Hotel Shangri-La, Jakarta, Minggu (12/6/2011).
Agus menegaskan, untuk menghadapi 'kepanasan' atau overheating economy dan bubble khususnya pemerintah telah melakukan koordinasi dengan baik antara sesama instansi fiskal dan moneter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Agus, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih sangat kuat dimana komponen cadangan devisa didalammnya telah mencapari US$ 116 miliar lebih. Kemudian, sambung Agus Indonesia mempunyai fiskal yang cukup baik dimana terjaga selama 10 tahun terakhir. "Defisit bisa dijaga dibawah 2 persen, kan dinegara-negara lain ada banyak yang lebih dari 2 persen yakni ada yang 9 persen, 10 persen dan kita tidak," tambahnya.
Lebih jauh Ia menyampaikan, Indonesia masih akan 'kebanjiran' dana asing alias capital inflow. Menurut mantan Dirut Bank Mandiri ini, selain Indonesia adalah Brasil dan India yang memang ikut menerima derasnya dana asing yang masuk.
"Bagaimana memanfaatkan itu semua (inflow). Karena perekonomian indonesia baik dan kita sudah lakukan diskusi untuk mencegah agar jangan sampai, kaget karena aset bubble atau overheating ekonomi," katanya.
"Indonesia mempunyai program yang tinggi sekali untuk konversi dana2-dana yang masuk ke portofolio ke sektor riil. Dana-dana yang masuk ke portofolio itu kita minta supaya ikut berpartisipasi dalam bentuk corporate bond, ataupun melakukan kapitalisasi daripada pelaku," imbuh Agus.
(dru/dru)