Namun saat dikonfirmasi mengenai hal itu, Direktur Operasi Lion Edward Sirait membantah adanya tekanan dari Presiden Barack Obama untuk pembelian pesawat yang nilai mencapai Rp 195 triliun itu.
"Saya tidak mau menanggapi kabar tersebut, kami dengan Boeing itu prosesnya normal. Kami melakukan proses bisnis dengan normal tidak ada kepentingan lain," jelas Edward kepada detikFinance, Jumat (2/12/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesepakatan antara Boeing dan Lion ini merupakan kesepakatan bisnis terbesar yang pernah dibuat Boeing, dengan pesanan lebih dari 200 pesawat. Pemerintah dan Bank Ekspor Impor AS menjadi fasilitator dari tercapainya kesepakatan tersebut.
Penandatanganan pembelian pesawat ini dilakukan bersamaan dengan gelaran ASEAN Summit di Nusa Dua Bali pertengahan November lalu. Dalam acara itu, Presiden AS Barack Obama hadir langsung.
Pesanan 230 pesawat Boeing oleh Lion Air mampu membantu mengatasi masalah pengangguran di Amerika Serikat. Order dari maskapai Indonesia itu setidaknya mampu membantu menciptakan sekitar 100.000 lapangan kerja di AS dalam jangka panjang.
Lion sepakat untuk membeli 230 pesawat Boeing dengan nilai transaksi total diperkirakan mencapai US$ 21,7 miliar atau setara dengan Rp 195 triliun.
Pesawat Boeing yang dibeli Lion itu terdiri dari kombinasi jenis 201 unit 737 MAXs dan 29 unit 737-900 ERs. Kesepakatan itu juga termasuk hak untuk menambah pembelian 150 pesawat.
Presiden Barack Obama dikabarkan menekan Lion Air terkait pembelian 230 pesawat Boeing itu. Hal tersebut justru diungkap oleh rival Boeing, Airbus seperti dilansir dari Bloomberg.
Dalam berita tersebut dikatakan, Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana 'curhat' ke Chief Operating Officer John Leahy.
"Ia mengatakan kepada saya, dia tidak punya pilihan. Sepertinya ada banyak interferensi politik yang mengerikan disana dan saya pikir Gedung Putih sangat bangga terhadap hal itu," ujar Leahy dalam conference call, seperti dilansir dari Bloomberg.
Dikonfirmasi soal curhatan Rusdi Kirana tersebut, Edward tidak mau menanggapi. "Pokoknya kita murni bisnis," tegasnya.
(dnl/qom)