Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Sumber Gondo, Bumiaji, Batu, Malang, Jawa Timur Willy Aryudi mengatakan saat ini kondisi para petani buah di Batu, Malang terpuruk.
"Kami terpuruk, tidak bisa berbuat apa-apa, hasil panen buah apel kami terus merosot dan tidak laku," kata Willy ketika dihubungi detikFinance, Jumat (4/5/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami kalah, karena kami tidak dilindungi pemerintah, kami terpuruk karena produk kami kalah dengan impor, khususnya dari tampilan, impor mulus dan cantik tampilannya sedangkan kami butek (jelek)," ungkap Willy.
Ia menuding pemerintah membiarkan buah impor bebas masuk ke pasar dalam negeri, bersaing dengan apel malang.
"Seperti pisang, kenapa Pemerintah membiarkan impor pisang, kita punya apel tapi kenapa diperbolehkan ada impor apel. Bandingkan dengan Jepang, mereka sangat melindungi petaninya, seperti lobster, di Jepang tidak boleh impor lobster masuk karena petani di Jepang banyak membudidayakan lobster. Seharusnya Pemerintah kita meniru seperti itu, agar petani punya semangat," ujar Willy.
Menurutnya khususnya di Jawa Timur masalah pupuk tidak menimbulkan masalah, tetapi yang kurang adalah pembimbingan, dari penyuluhan pembasmian hama, pengemasan, sampai pemasaran.
"Tapi itu tidak ada, dan kami dibiarkan terus terpuruk sampai pada akhirnya petani cuma ada pilihan terus bertahan atau mencari pekerjaan lain. Memang banyak masih bertahan, kenapa? karena memperjuangkan Apel Batu sebagai Apel Khas Malang, Khas Indonesia," tandasnya.
(rrd/hen)