Hasilnya, perusahaan menderita rugi bersih US$ 334,111 juta atau setara Rp 3,14 Triliun. Penyebab utama melempemnya kinerja perusahaan karena dua hal, yakni rugi kurs dan transaksi derivatif.
Berdasarkan laporan keuangan BUMI yang dipublikasikan, Minggu (26/8/2012), perseroan mencatat rugi bersih US$ 334,111 juta (US$ 15,87 per lembar) hingga Juni 2012. Padahal periode sebelumnya BUMI menghasilkan laba US$ 226,73 juta (US$ 11,41 per lembar).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beban pokok pendapatan yang naik menjadi US$ 1,39 juta membawa pencapaian laba kotor BUMI hanya US$ 554,076 juta. Padahal di semester I-2011 perusahaan mencatat US$ 649,363 juta.
Laba usaha pun makin menurun dari US$ 461,399 juta menjadi US$ 239,165 juta. Kinerja ini langsung negatif usai perseroan mengakumulasi beban lain-lain US$ 269,285 juta.
Kontribusi beban lain-lain paling tinggi terjadi pada rugi transaksi derivatif US$ 145,828 juta dan rugi selisih kurs US$ 50,27 juta. BUMI juga mencatat rugi pelepasan investasi di anak usaha sekitar US$ 26,67 juta.
Setelah di semester I-2011 menghasilkan laba sebelum pajak US$ 463,74 juta, perseroan terpaksa menderita rugi sebelum pajak US$ 269,285 juta pada semester I-2012.
(wep/hen)