Hal ini disamapaikan oleh Ekonom Kwik Kian Gie saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (28/1/2013).
"Alasannya yang sebenarnya tidak keluar dari BI (Bank Indonesia). Argumentasinya apa, tidak pernah dijelaskan," ungkap Kwik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan ini pertimbangan yang sebenarnya apa, dan orang menjadi curiga," ucapnya.
Konsep redenominasi menurut Kwik bisa dilakukan untuk masyarakat yang paham dan membutuhkan. Cukup benar jika disebutkan manfaatnya adalah untuk penghitungan laporan keuangan.
"Ya manfaatnya tentu ada, oleh karena kita untuk menghitung, nol-nya bisa hilang banyak kan," terangnya.
Akan tetapi sangat berisiko jika masyarakat yang tidak mengerti dipaksa untuk menjalankan kebijakan tersebut. Apalagi untuk masyarakat yang kelas menengah ke bawah.
"Menghitung pakai kalkulator kan sudah tidak cukup lagi, tapi itu berlaku untuk siapa. Rakyat jelata nggak perlu digit yang banyak. Justru bingung," jawabnya.
Jika melihat waktu pelaksanaan, Kwik juga tidak sepakat penyederhanaan ini dilakukan saat ini. Sebab tidak dalam kondisi yang mendesak.
"Jadi tidak mendesak menurut saya, banyak hal lain yang mendesak. Beban utang itu diselesakan," pungkasnya.
(dnl/dnl)