Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas, Dedy S Priatna mengatakan, ada opsi menggeser proyek pelabuhan tersebut sejauh 2-3 km. Namun, itu pun masih akan berpotensi menyebabkan dampak negatif terhadap fasilitas Pertamina.
"Harus pindah 2-3 km dari posisi sekarang, dan harus mengganti US$ 100-120 juta untuk tambahan biaya konstruksi. Mengganti kalau itu dibangun akan ada kehilangan revenue, sampai US$ 12 miliar selama umur proyek," kata Dedy ditemui di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Rabu (10/9/2014) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cilamaya sendiri keuntungannya kalau dibangun jadi US$ 65 miliar," ujarnya.
Jika tak ada aral melintang, Dedy mengatakan, pelabuhan ini akan beroperasi pada 2021.
Sementara itu, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, keputusan mengenai lokasi Pelabuhan Cilamaya akan diputuskan oleh pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo, sepaket dengan proyek bandara di Karawang.
"Pelabuhan Cilamaya dan Bandara Karawang Itu dilihat sebagai satu kesatuan yang akan diputuskan oleh pemerintah yang akan datang," jelas Bambang.
(zul/hds)