BNI Cetak Laba Rp 10,8 Triliun di 2014, Tumbuh 19%

BNI Cetak Laba Rp 10,8 Triliun di 2014, Tumbuh 19%

- detikFinance
Kamis, 29 Jan 2015 15:55 WIB
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) membukukan laba bersih Rp 10,8 triliun di akhir 2014, naik 19,1% dibanding laba bersih tahun 2013 yang sebesar Rp 9,1 triliun. Kenaikan laba bersih diikuti dengan kenaikan laba bersih per saham dari Rp 486 menjadi Rp 578 per lembar.

Pertumbuhan laba bersih ini ditopang oleh kenaikan sumber pendapatan, baik Pendapatan Bunga Bersih maupuan Pendapatan Non-Bunga.

"Kami merasa bersyukur dan bangga atas pencapaian kinerja keuangan BNI ini yang mampu meraih laba bersih sebesar Rp 10,8 triliun atau naik 19,1% dari tahun sebelumnya," kata Direktur Utama BNI, Gatot M Suwondo, dalam siaran pers, Kamis (29/1/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendapatan Bunga Bersih emiten berkode BBNI itu tahun 2014 naik 17,4% dari Rp 19,1 triliun menjadi Rp 22,4 triliun. Sementara net interest margin (NIM) berada di level 6,2%, sebelumnya NIM tahun 2013 sebesar 6,1%.

Sedangkan Pendapatan Non-Bunga tahun 2014 juga naik 13,5% menjadi Rp 10,7 triliun yang didukung oleh kenaikan fee based income dari pengelolaan rekening, bisnis kartu, transaksi ATM, dan sumber pendapatan non-bunga lainnya.

Meskipun pada 2014, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan regulasi untuk membatasi kepemilikan kartu kredit, bisnis kartu kredit bank pelat merah itu tetap tumbuh. Jumlah transaksi kartu kredit BNI meningkat dari 21,3 juta transaksi menjadi 23,3 juta transaksi dengan nilai transaksi meningkat dari Rp 20,2 triliun menjadi Rp 24,7 triliun.

Kredit Tumbuh Dua Digit

Gatot mengatakan, tahun 2014 merupakan tahun yang berat bagi sektor usaha karena merupakan tahun politik yang diikuti dengan tekanan kenaikan BI Rate dan inflasi. Namun demikian, penyaluran kredit bank milik negara itu tetap mengalami pertumbuhan bahkan hingga dua digit, tepatnya tumbuh 10,8% dari Rp 250,6 triliun menjadi Rp 277,6 triliun.

Ekspansi kredit ini didukung dengan strategi penyaluran melalui rantai pemasok dan pembeli dari nasabah korporasi.

Komposisi kredit yang disalurkan, 71% oleh business banking yang pada umumnya disalurkan pada sektor produktif melalui 8 sektor unggulan, yaitu sektor Minyak, Gas, dan Pertambangan; Informasi & Telekomunikasi; Kimia; Pertanian; Makanan; Ritel dan Perdagangan Besar; Kelistrikan; dan Sektor Konstruksi.

Sedangkan 20% untuk sektor konsumer dan ritel yang didominasi oleh penyaluran KPR BNI Griya yang fokus pada pembiayaan rumah pertama, dan fasilitas pembiayaan untuk memudahkan belanja dan bertransaksi.

Sebesar 3,6% disalurkan oleh cabang-cabang luar negeri, dan sisanya, 5,4% disalurkan oleh anak perusahaan, terutama BNI Syariah.

(ang/dnl)

Hide Ads