Pemerintah kembali melempar wacana untuk menggabungkan dua bank besar, yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Wacana ini membuat karyawan di salah satu bank pelat merah itu resah.
Pasalnya, kabar beredar yang sampai ke telinga karyawan berbeda-beda dari berita yang sebenarnya. Ada yang menyangka Bank Mandiri mau akuisisi sampai yang lebih parah adalah ada rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
"Iya memang ada keresahan. Sampai-sampai SP-nya (Serikat Pekerja) galau," kata salah satu karyawati BNI kepada detikFinance, Kamis (5/2/2015) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya lah (menolak). Kita kan ada sejarahnya, bank negara gitu lho," ujar karyawati yang bertugas di kantor pusat BNI 46 itu.
Kabar tersebut juga sampai ke pegawai yang berada di cabang BNI. Salah satu customer service BNI di salah satu cabang Jakarta Selatan mengaku sudah dengar kabar konsolidasi tersebut.
Hanya saja kabarnya simpang siur. Bukan merger seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, tapi Bank Mandiri mengakuisisi BNI sampai ada rencana PHK.
'Sudah dengar tapi belum tahu pastinya seperti apa. Kabarnya malah mau ada PHK segala," ujar wanita berumur 30 tahunan itu.
Manajemen BNI juga mengakui adanya keresahan tersebut. Direktur Keuangan BNI Yap Tjay Soen mengatakan, aksi korporasi ini masih sebatas wacana yang belum dimatangkan pemerintah.
"Sempat resah juga. Tapi kita jelaskan ini kan masih sebatas wacana. Pemerintah belum bulat. Saya kan selalu ikut rapat dengan pemerintah," ujar Yap ketika ditemui di Jakarta kemarin.
Sementara salah satu karyawan Bank Mandiri yang bertugas di Plaza Mandiri, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, juga mengaku sudah mendengar kabar tersebut. Namun, tidak terjadi keresahan di kantornya.
"Itu kan masih wacana, belum tentu jadi. Dulu juga mau beli BTN (PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN) tapi batal juga," ungkap pria paruh baya itu.
(ang/ang)