Sore itu Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sedang 'nongkrong' bersama di sebuah kedai makanan milik Uni Lubis di Pasar Santa, Blok M, Jakarta Selatan, Minggu 1 Februari 2015.
Tak ada pembicaraan formal dan serius dalam acara ngopi dan makan-makan sore itu, hanya obrolan santai. Kala itu Bambang nampak santai, mengenakan kaos oblong abu-abu bertuliskan 'Hard Rock Cafe' dan jeans biru, ditemani sang istri yang juga menggunakan kaos santai warna biru tua dan jeans hitam, lengkap dengan tas bahu warna cokelat tua, tak ada riasan make-up di wajah sang istri pejabat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sembari menikmati hidangan, berbagai pembicaraan santai terlontar, mulai dari makanan kesukaan hingga alasan penunjukkan Dirjen Pajak yang baru, Sigit Priadi Pramudito.
Hal yang juga tak kalah menarik adalah soal merger bank BUMN yakni Bank Mandiri dan BNI. Pernyataan tersebut muncul saat Bambang disinggung soal arah perbankan Indonesia ke depan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) industri keuangan yang akan berlaku pada 2020 mendatang.
Tanpa ragu, Bambang pun melontarkan pernyataan, "Mandiri dan BNI dimerger saja," ucapnya singkat seraya memberikan senyuman kepada Budi yang kala itu duduk tepat di sebelah kanan Bambang.
Seketika itu Budi pun langsung merespon dengan tertawa lebar, "Hahahaha.. Saya nggak bisa komentar soal ini," katanya.
Meskipun penuh tawa, sinyal merger ini nampak tidak main-main. Bambang mengungkapkannya dengan tegas. Ini merupakan sinyal terang. Bambang mewakili pemerintah, kala itu mengajak Budi yang notabene pimpinan Bank Mandiri, salah satu bank yang dicanangkan akan dimerger dengan BNI.
Adakah pertemuan mereka hanya kebetulan? Mungkinkah ada pembahasan lebih lanjut soal merger ini?
(drk/ang)