Investor yang pegang saham Inovisi pun hanya bisa sabar sambil gigit jari, menunggu kejelasan dari otoritas pasar modal seperti Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Salah satunya adalah investor ritel bernama Hoetomo. Sudah sejak tahun lalu Hoetomo memiliki saham Inovisi. Ia mulai mengoleksi saham tersebut sejak 2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai saat ini, ia masih pegang sekitar 5.000 lot saham Inovisi. Sahamnya-sahamnya ini tidak bisa berkembang karena supensi yang diterapkan oleh BEI sejak Jumat 13 Februari 2015.
"Saya masih pegang 5.000-an lot. Kalau harga beli rata-rata saya Rp 140 selembar, nilai totalnya dikalikan saja," ujarnya.
Nilai saham Inovisi yang dipegang Hoetomo mencapai Rp 70 juta. Kalau seluruh sahamnya itu dijual di harga saat suspensi, yaitu Rp 117 per lembar, maka nilai totalnya hanya Rp 58,5 juta saja.
Dengan demikian, Hoetomo berpotensi rugi hingga Rp 11,5 juta jika koleksi saham Inovisi miliknya dijual sekaligus.
"Dulu saya beli berharap sahamnya bisa naik setelah periode waran selesai. Tapi ternyata sahamnya turun terus dan keburu disuspensi," jelasnya.
(ang/dnl)