Sebab, ekspor China sudah melambat di Juli dan mereka harus menaikkan daya saing barang ekspornya dengan melemahkan yuan. Hal ini ditanggapi pelaku pasar dunia dengan menganggap ekonomi Negeri Tirai bambu akan melambat sampai akhir tahun ini.
Akibatnya mata uang negara-negara Asia berjatuhan, disusul dengan pasar sahamnya masing-masing. Rupiah dan ringgit menjadi mata uang yang terkena imbas kebijakan China ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal tahun hingga kemarin, rupiah sudah anjlok hingga -10% sementara ringgit -13% terhadap dolar AS. Koreksinya paling parah di antara mata uang Asia lainnya, misalnya baht Thailand (-6,4%) atau peso Filipina (-2,2%).
(ang/dnl)