Jika dirunut ke belakang, cangkul impor mulai membanjiri pasar di Indonesia sejak tahun 2000. Sebelumnya, kebutuhan pacul bisa tercukupi dari produksi dari para pengrajin kecil. Pacul juga diproduksi secara massal oleh BUMN lain, yaituPT Bima Bisma Indra (BBI).
Sekretaris Perusahaan BBI, Budianta, mengatakan impor cangkul dari China mulai meluber setelah perusahaan yang memiliki pabrik cangkul di Surabaya tersebut berhenti beroperasi tahun 2.000 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan, pasca tahun 2000, impor cangkul semakin membesar, termasuk impor ilegal. Pihaknya pun tak bisa bersaing lantaran harga cangkul asal Negeri Tirai Bambu tersebut jauh lebih murah.
"Lama-lama impor semakin banyak, kita kalah bersaing di harga. Bayangkan saja tahun 2000 cangkul kita harganya saat itu Rp 13.000-14.000 per buah, sementara punya China harganya Rp 9.000. Secara kualitas kita memang lebih premium," jelas Budianta.
Lantaran penjualan cangkul produksinya semakin terpuruk, perusahaan pun terpaksa menghentikan produksi cangkulnya.
"Akhirnya ditutup, kalau tetap dilanjutkan rugi. Padahal kalau kita operasikan lagi, sebenarnya kita mencukupi, hanya situasinya belum bagus. Karena harga baja dari Krakatau Steel masih mahal, kita ambil bajanya kan dari sana," pungkas Budianto. (ang/ang)