Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, mengatakan dari jumlah tersebut kebutuhan ikan itu, sebanyak 60% diperkirakan berasal dari hasil produksi budidaya. Salah satunya contohnya dengan sistem bioflok pada ikan lele.
"Bioflok ini menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, apalagi saat ini produk lele sangat memasyarakat sebagai sumber gizi yang digemari," kata Slamet di kantornya, Jakarta, Rabu (17/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Slamet mengatakan, dengan teknologi bioflok akan membuat produksi ikan menjadi lebih cepat dan efisien. Di samping itu penggunaan pakan ikan juga menjadi lebih hemat.
"Bisa meningkatkan efisiensi pakan, produktivitas, dengan sistim pengelolaan air yang kita rancang tidak cemari lingkungan. Dan ini gunakan air tidak terlalu banyak. Dengan sistim ini mampu jaga lingkungan air sebaiknya. Program kita harapanya bisa 50 kg pertahun kalau program lele bioflok ini berkembang," tukasnya.
Sementara itu, secara nasional kementerian yang dipimpin Menteri Susi Pudjiastuti ini menargetkan produksi ikan lele sebesar 1,39 juta ton pada tahun 2017 ini. Sedangkan, untuk saat ini realisasi hingga triwulan 1 telah mencapai 225 ribu ton. (ang/ang)