Pertama, di Sumut pemerintah menawarkan pengembangan wisata Danau Toba. Selanjutnya, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dan jalur kereta api yang dapat menghubungkan antara Sei Mangkei menuju Kuala Tanjung dan Siantar menuju Prapat.
Begitu juga investasi untuk jalan tol di Sumatera Utara yang terkoneksi antara Kuala tanjung, Marapat, hingga Danau Toba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, di Sulut pengembangan pariwisata Pal Beach dan pengembangan Pelabuhan Bitung. Termasuk pembangunan jalan tol di Sulawesi Utara untuk menunjang Pelabuhan Bitung.
"Salah satu kawasan wisata lain di Sulawesi Utara, Pal Beach. Ada juga di Bitung terkait dengan pelabuhan. Selain itu, infrastruktur yang menunjang kawasan juga bagian dari upaya kita menarik investasi. Demikian juga pelabuhan atau bandara sendiri yang bisa menunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah tersebut," jelas Bambang.
Ketiga, pengembangan sektor energi di Kaltara.
"Kaltara punya potensi energi listrik yang besar dari hydro (air). Kemudian juga Kaltara didorong punya pembangkit listrik yang besar untuk dijadikan daerah yang fokus pada pengolahan hasil tambang yang biasa dikenal dengan smelter," terang Bambang.
Lebih lanjut, Bambang menyebut nilai investasi untuk sejumlah proyek di Sumut dan Sulut adalah sebanyak US$ 26-28 miliar. Nilai tersebut belum termasuk proyek yang ada di Kalimantan Utara, lantaran masih dalam proses pengkajian.
"Mereka tidak bisa sebutkan jumlahnya, sekitar US$ 26-28 miliar untuk Sumut dan Sulut. Tapi proyek itu didominasi Sumut US$ 21-22 miliar, sisanya sulut," ujaranya.
Dia menambahkan, dalam pertemuan Indonesia dan China di KTT One Belt One Road (OBOR), China menyampaikan ketertarikannya untuk melebarkan sayap investasi di jalur laut.
"Ini kebetulan cocok pada wilayah yang berbatasan dengan Laut China Selatan. Karena itu Indonesia mengusulkan investasi China untuk diarahkan ke 3 provinsi, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan Kalimantan Utara," pungkas Bambang. (hns/hns)