Seberapa Penting Kereta Cepat Hingga Buat Jokowi Kesal?

Seberapa Penting Kereta Cepat Hingga Buat Jokowi Kesal?

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 24 Mei 2017 10:28 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kekesalannya terhadap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Meski sudah diputuskan pembangunannya tahun lalu, belum ada perkembangan berarti dari proyek yang memiliki panjang lintasan 148 km tersebut.

Menurut Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menjelaskan perjalanan dari Jakarta ke Bandung sebenarnya sudah cukup baik. Selain kereta, sudah ada jalan tol Cipularang.

"Kalau melihat demand dari penumpang kereta yang ada saat ini bisa ditingkatkan lagi. Dulu memang padat (kereta), karena belum ada jalan tol, dengan adanya jalan tol sekarang ada keseimbangan baru dengan yang baik mobil dan kereta," jelas Joko kepada detikFinance, Rabu (24/5/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sementara dari sisi jalur sendiri, Jakarta ke Kota Kembang lintasannya yang berupa pegunungan. Dari sisi kebutuhan penumpang pun, kereta cepat dibangun untuk melayani kota-kota dengan aktivitas bisnis yang tinggi, sehingga memerlukan mobilisasi orang dengan waktu yang cepat.

"Untuk Bandung belum termasuk kota bisnis yang sangat sibuk. Kemudian sepanjang lintasan itu banyak zona merah, itu kenapa Belanda bangun relnya itu berkelok-kelok, pasti ada alasannya, dan sampai sekarang di jalur yang dibangun Belanda tidak ada longsor, kalau pun ada itu disebabkan karena alih fungsi lahan," terang Djoko.

Selain itu, konsep membangun kota baru di jalur kereta cepat atau Transit Oriented Development juga kurang tepat. Pasalnya, kawasan tersebut sangat vital bagi daerah hijau untuk tangkapan air.

"Kalau dari trase kan Walini jadi kota yang akan dikembangkan. Sementara saat ini itu merupakan kebun teh untuk resapan air. Airnya mengalir sampai Waduk Jatiluhur yang memasok air ke Jakarta. Kalau dikembangkan jadi kota, air baku untuk Jakarta dan persawahan bisa terganggu," kata Djoko.


Seperti diketahui, groundbreaking kereta cepat Jakarta-Bandung ini sebenarnya sudah dilakukan langsung oleh Jokowi pada 21 Juni 2016 lalu. Namun kemudian belum juga terbangun, masalah lahan dan pencairan dana jadi penyebab molornya pembangunan.

Proyek ini dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai badan usaha perkeretaapian yang 60% sahamnya dimiliki oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan 40% sisanya dikuasai China Railway International (CRI).

PSBI sendiri merupakan perusahaan gabungan dari konsorsium 4 BUMN yakni PT Kereta Api Indonesia, PT Wijaya Karya Tbk, PT Jasa Marga Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. (idr/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads