Namun, jika diperhatikan lebih seksama, 3 rumah petak yang sebenarnya masih satu bangunan besar ini kontras dengan rumah-rumah sempit di kiri-kanannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah petak tersebut merupakan bekas Stasiun Salemba, yang dulunya pernah sempat menjadi stasiun sentral sebelum Stasiun Manggarai sebagaimana saat ini.
![]() |
Stasiun tersebut sudah hampir tak bisa dikenali bentuk rupanya, di depannya sudah berderet tempat usaha seperti tempat jahit dan warung.
Melongok ke dalam rumah, barulah terlihat lebih jelas kalau rumah petak tersebut merupakan bangunan peninggalan Belanda. Dengan ukuran pintu masuk yang tinggi dan lebar, pilar besar, serta hiasan melengkung di atas pintu khas bangunan kolonial.
"Ini sudah jadi rumah warga, sudah lama dijadikan tempat tinggal. Karena memang stasiunnya sudah tidak dipakai, rel keretanya juga sudah pada hilang," kata Ujang, salah seorang warga yang sudah tinggal di samping stasiun sejak tahun 1960-an ini kepada detikFinance akhir pekan lalu.
![]() |
Stasiun Salemba sebelumnya merupakan tempat singgah kereta api yang berada di jalur Tanah Abang-Kramat. Rel tersebut membentang dari Stasiun Cikini ke Stasiun Pegangsaan dan memotong jalan raya yang saat ini menjadi Jalan Salemba Raya menuju Stasiun Kramat.
Lintasan tersebut dulunya dioperasikan oleh perusahaan kereta api pemerintah Hindia Belanda, Staats Spoorwegen. Lintasan stasiun sentral Stasiun Salemba ini kemudian beralih jalur di sebelah Selatan, yakni di Stasiun Manggarai.
Hal ini dilakukan Belanda karena ada perubahan tata kota Batavia untuk membangun perumahan elit Menteng, sehingga seluruh besi rel dibongkar dan hanya menyisakan jalur kereta dari Stasiun Cikini saat ini menuju Stasiun Salemba untuk pengangkutan komoditas dari pabrik-pabrik di Salemba (saat ini Kampus UI)
Tak jauh dari Stasiun Salemba, tepatnya di belakang kampus Universitas Indonesia, masih terdapat jembatan kereta api yang saat ini difungsikan sebagai penyebrangan warga di atas Sungai Ciliwung.
Kondisi jembatan saat ini masih cukup baik, selain struktur rangka besinya yang kuat, penyebrangan tersebut juga memang hanya untuk pejalan kaki. Dua sisi jembatan sudah penuh dengan pemukiman padat penduduk. Bahkan di bawah jembatan, tak luput jadi kolong tempat tinggal warga pendatang.
(idr/ang)