Andre, salah seorang pedagang PlayStation elektronik Pasar Glodok, mengatakan banyak pedagang yang masih memilih tetap membuka toko di pusat grosir tersebut lantaran toko tersebut juga berfungsi sebagai kantor.
"Di sini kan banyak yang juga importir sama distributor. Ada yang punya toko elektronik di daerah lain, jadi di sini tetap buka sebagai kantor saja. Karena kalau buat jualan enggak mungkin, semakin hari semakin sepi begini," ucap Andre kepada detikFinance, Kamis (13/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Elektronik kan kadang barang enggak sesuai. Jadi kalau pun beli barang elektronik pakai online, saya sarankan yang punya toko offline juga. Untuk servis dan sebagainya," ungkap Andre.
Sementara itu, Asisten Manager Pasar Glodok PD Pasar Jaya, Aswan, menuturkan banyak pemilik toko di Glodok memilih tetap membuka toko meski jarang ada pembeli, lantaran digunakan sebagai kantor saja.
"Istilahnya jadi kantor saja. Karena pedagang-pedagang di sini kan ada yang distributor besar-besar, punya toko di daerah lain, banyak yang jadi grosir di luar daerah. Kalau yang toko tutup itu yang memang enggak kuat karena pembelinya semakin sepi. Kalau yang masih bertahan ya salah satunya buat kantornya mereka saja," jelas Aswan.
Wilayah Glodok sendiri selama puluhan tahun dikenal sebagai pusat penjualan berbagai macam barang elektronik yang terbagi dalam beberapa kawasan Glodok Plaza, Pasar Glodok, Harco Glodok, dan Plaza Prion.
Di luar kawasan yang dibangun Pemda DKI Jakarta dan swasta tersebut, ratusan pedagang elektronik lainnya menjamur di sepanjang jalan di pinggiran Glodok sampai ke Pasar Asemka hingga Mangga Dua. (idr/wdl)