Kata Susi Soal Kartel di Tengah Kelangkaan Garam

Kata Susi Soal Kartel di Tengah Kelangkaan Garam

Muhammad Idris - detikFinance
Selasa, 01 Agu 2017 21:00 WIB
Foto: Michael Agustinus/detikFinance
Jakarta - Komoditas garam tengah jadi polemik beberapa hari belakangan. Ini terjadi setelah komoditas dapur tersebut langka di pasaran dan berimbas pada lonjakan harga. Sebagai solusinya, pemerintah membuka impor 75.000 ton garam dari Australia melalui PT Garam (Persero).

Dari lonjakan harga tersebut, benarkah ada kartel yang bermain hingga memicu kelangkaan garam?

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengatakan ada kemungkinan pemain besar yang bermain dalam kelangkaan garam. Pengalaman polemik garam sebelumnya, kata dia, juga dipicu oleh indikasi kartel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Bisa jadi (kartel). Dulu terjadi kebocoran garam impor yang dilakukan oleh industri importir garam, mereka impor lebih dari kapasitas produksi mereka. Akhirnya mereka menjadi trader, separuh lebih bocor ke pasar konsumsi," ujar Susi dalam keterangan tertulis, Selasa (1/8/2017).

"Sekarang dengan pengaturan ini mereka tidak suka. Dari dulu impor garam industri rata-rata per tahun 2 juta ton namun bocor ke pasar garam konsumsi. Garam ini masuk pada saat petambak panen dan harga petambak jadi jatuh," tambahnya.

Menurutnya, aturan terbaru, garam konsumsi harus diimpor lewat PT Garam. BUMN tersebut ditunjuk sebagai importir, agar pengendalian harga dan stok garam bisa lebih mudah.

Dia mengakui, banyak pihak yang tak suka dengan kebijakan tersebut.

"Kami ingin agar garam konsumsi yang boleh impor hanya PT Garam. Importir industri tidak suka karena sekarang yang boleh impor garam konsumsi hanya PT Garam," sebut Susi.


Susi menuturkan, selain jadi importir tunggal garam konsumsi, PT Garam juga diminta menjadi tangan kanan dalam stabilisasi garam di tingkat petani garam.

"Pemerintah tugaskan PT Garam untuk membeli, menyerap, produksi, dan menyangga harga garam petambak. Saya akan minta PT Garam bisa sangga harga petani di atas biaya produksi. Insya Allah dengan kita atur impornya mudah-mudahan untuk kali ini bisa baik," pungkas Susi. (idr/hns)

Hide Ads