Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menganggap ini adalah misteri. Begitulah diungkapkannya ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/8/2017).
"Ini harus ada penjelasannya, kok bisa investasi naik terus tapi daya beli malah turun, harusnya investasi naik penghasilan naik, sehingga permintaan naik, tapi ini misteri," kata Thomas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berarti pertumbuhannya (ritel) di bawah inflasi, jadi netto inflasi malah bisa menciut," tegas Thomas.
Secara umum, kata Thomas ekonomi Indonesia tumbuh stabil dengan 5,01% pada kuartal I-2017 dan proyeksi 5,1% pada semester I-2017. Meski ada perlambatan untuk industri ritel, baik penjualan maupun investasi, Thomas masih yakin masih bisa ditambal dari sektor lainnya.
Sehingga target investasi Rp 678,8 triliun sampai akhir tahun bisa tercapai. Begitu juga dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,2%.
Hanya saja, kekhawatiran Thomas adalah mengenai struktur investasi. Ini pun sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), bahwa kalau semakin banyak masuk ke sektor padat modal, maka risikonya penyerapan tenaga kerja bisa tidak optimal dan kembali lagi pada pelemahan daya beli.
"Jadi ujungnya bergantung kepada bisnis confidence, keyakinan dunia usaha, dan itu sangat dipengaruhi regulasi," ujarnya.
Kepastian dalam penerbitan regulasi menjadi penekanan Presiden Jokowi sejak beberapa waktu terakhir. Bahkan dua kementerian disebut langsung dalam rapat kabinet agar mengevaluasi kembali regulasi yang sudah diterbitkan.
"Kalau regulasi-regulasi kita ngawur, dan keluarnya mendadak-mendadak tanpa masa transisi, masa sosialisasi itu kan akan menghantam keyakinan dunia usaha dan akan menimbulkan ketidakpastian, kecemasan. Itu yang membuat dunia usaha lebih mengorientasikan dunia usaha untuk mengurangi lembur, sungkan untuk keluar uang melatih pekerjanya, kalau nantinya tidak ada order kan percuma," pungkasnya. (mkj/dna)