Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan memang di kondisi ekonomi yang wait and see seperti ini masyarakat lebih memilih untuk menyimpan dana daripada dibelanjakan.
"Masyarakat jadi lebih banyak simpan uang di tabungan, kenaikan DPK juga bisa melebihi pertumbuhan kredit," kata Jahja kepada detikFinance.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Simpanan di Bank Naik Rp 500 Triliun |
Per semester I 2017 DPK BCA tercatat Rp 572,2 triliun tumbuh 16,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk dana murah mencapai Rp 426,9 triliun atau naik 12% .
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk Herry Sidharta mengatakan pertumbuhan pada DPK perseroan terjadi karena masyarakat menengah atas menahan konsumsinya.
"Masyarakat kelas atas punya kecenderungan tahan belanja," kata Herry kepada detikFinance.
Dia menyebut, pada Mei DPK tercatat 11,2% naik dibandingkan DPK April 9,9% dan Maret 10%.
"Biasanya semester II dengan belanja pemerintah yang akan lebih besar maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan konsumsi yang tinggi," jelas dia.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini memang lebih rendah dari ekspektasi namun tetap stabil. Meskipun stagnan di angka 5,01%.
Dari data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Mei 2017. Penghimpunan DPK untuk kategori bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV tercatat Rp 2.547 triliun naik 24,73% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2.042 triliun.
Untuk deposito tercatat Rp 937,3 triliun tumbuh 25.95% dibandingkan Mei 2016 Rp 744,2 triliun.
Kemudian untuk tabungan tercatat Rp 1.002 triliun naik 18% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 846,3 triliun. Sedangkan untuk giro mencapai Rp 608 triliun naik 34,81% dibandingkan periode Mei tahun lalu Rp 451,5 triliun.
(ang/ang)