Aksi Spekulan Ikut Naikkan Harga Semen di Papua Rp 2 Juta/Sak

Aksi Spekulan Ikut Naikkan Harga Semen di Papua Rp 2 Juta/Sak

Muhammad Idris - detikFinance
Senin, 14 Agu 2017 15:35 WIB
Foto: dikhy sasra
Jakarta - Mahalnya harga semen di Papua hingga Rp 2 juta per sak bukan cuma karena masalah transportasi. Ada persoalan lain yang memicu harga semen di Papua mahal, yaitu aksi spekulan.

Hal ini disampaikan Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Agung Wiharto

"Kalau dulu saat harga semen di atas Rp 2 juta/sak, harga semen itu bisa mahal ketika permintaannya tinggi, tapi begitu semen permintaan sepi, margin harga yang diambil sedikit. Kita hanya bisa kontrol harga sampai distributor kita sendiri, baik anak usaha atau distributor resmi, ketika sampai di pasar harga ditentukan pedagang," kata Agung kepada detikFinance, Senin (14/8/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Di Papua semen sudah kayak cabai, mahal kalau permintaan tinggi. Masalah spekulan ini yang coba kita atasi dengan turun langsung dalam distribusi. Spekulan tak berani beli semen kalau toko lain bisa jual lebih murah, otomatis dia nggak laku kan," lanjut Agung.

Menurut dia, harga semen di pedalaman Papua yang sudah turun menjadi Rp 500.000/sak, dari sebelumnya Rp 2 juta/sak, salah satunya dikontribusi dari perubahan pola distribusi, yaitu faktor spekulan dalam penetapan harga semen di pedagang dihilangkan. Sehingga tak ada lagi praktik ambil margin gila-gilaan.

Agung menjelaskan, pola penyaluran semen dari pabrik hingga ke wilayah pegunungan Papua melibatkan 4 BUMN yang meliputi PT Semen Indonesia, PT Pelindo IV, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan PT Pos Indonesia.


"Pola distribusi baru, kita turun langsung ke distribusi akhir. Setelah keluar dari gudang PPI di bandara, kita sudah setting distributor atau toko-tokonya di sana, ada toko besar ada yang kecil. Dia hanya boleh jual dengan margin yang masuk akal dan wajar, tidak boleh di atas harga yang kita tetapkan. Ada komitemen pernjanjian kita dengan distributor di sana," terang Agung.

Dia menambahkan, selain kesepakatan tertulis dengan para distributor, jaminan ketersediaan pasokan semen yang lancar dan rutin, bakal membuat praktik spekulan bisa diminimalisir.

"Jadi kita sudah menjamin pasokan semen di distributor sesuai kemampuan mereka. Ketika kemudian ada pihak yang memborong misalnya 30 sak untuk dijual kembali, saya kira tidak akan laku terjual kalau toko distributor kita menjual dengan harga lebih murah," pungkas Agung.

(idr/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads