Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, mengatakan harga US$ 1,14 miliar tersebut sudah satu paket 11 unit pesawat Su-35 dengan spek yang berbeda-beda, ditambah dengan alih teknologi, dan pembangunan satu fasilitas perawatan pesawat atau Maintenance, Repair, dan Overhaul (MRO).
Lantas, berapa harga pesawat tempur Sukhoi yang bakal dibarter dengan kopi hingga karet Indonesia?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ryamizard, harga tersebut sempat melewati proses tawar menawar yang cukup alot. "Saya nawar sudah lama, buka harga US$ 150 juta, sekarang jadi US$ 90 juta (lengkap). Apa enggak hebat tuh nawarnya," ucapnya.
Proses imbal beli diupayakan bisa selesai secepatnya, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan perjanjian jual beli. Pesawat sendiri baru akan datang secara bertahap minimal 2 tahun setelah kesepakatan dua negara tercapai.
"Biar ini cepat selesai saya undang mereka ke sini. Mungkin minggu depan atau bulan depan. Setelah tanda tangan, dua tahun, (pesawat) baru akan sampai sini," ungkap Ryamizard.
Seperti diketahui, pembelian alat peralatan pertahanan keamanan (Alpalhankam) lewat barter ini merupakan pertamakalinya dilakukan dengan aturan baru, yakni UU Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2014 tentang Mekanisme Imbal Dagang.
Dalam regulasi itu, setiap pengadaan Alpanhankam harus memenuhi minimal 85% kandungan lokal (ofset). Sementara dalam pembelian Sukhoi Su-35, Rusia hanya sanggup memenuhi ofset 35% dari kewajiban 85%, sehingga pembelian pesawat tempur tersebut harus dibarengi dengan kewajiban Rusia membeli atau imbal beli sebanyak 50% dari nilai kontrak sebesar US$ 1,14 miliar.
Saat ini kedua negara sudah menyepakati barter 50% dari nilai pesawat Sukhoi dengan komoditas perkebunan lewat MoU, dan akan diteruskan menjadi perjanjian jual beli setelah pembahasan jenis komoditas, sekaligus valuasi harganya, disepakati. Dua perusahaan ditunjuk untuk melakukan barter tersebut yakni PT Perdagangan Indonesia (PPI) dan Rostec dari Rusia.
Komoditas perkebunan yang ditawarkan untuk barter yakni karet, minyak sawit atau CPO, kopi, kakao, tekstil, teh, dan rempah-rempah. Namun dirinya menegaskan, pihaknya hanya tidak akan mengekspor komoditas perkebunan dalam bentuk mentah.
Selain hasil perkebunan, komoditas ekspor lain yang ditawarkan ke Negara Beruang Merah itu antara lain ikan olahan, resin, kertas, mesin, alas kaki, produk industri pertahanan, sampai furnitur. (idr/hns)