Dalam Plan of Development (PoD), Lapangan Kepodang rencananya memproduksi gas dan memasok ke PLTGU Tambak Lorok lewat pipa Kalija I sampai 2026, tapi ternyata gasnya sudah akan habis di 2018. Petronas Carigali, operator Lapangan Kepodang, sudah mengumumkan keadaan kahar (force majeure) pada 8 Juni 2017 lalu.
Dalam Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara PT Kalimantan Jawa Gas (KJG), harusnya pasokan gas dari Kepodang sebesar 110 MMSCFD. Kondisinya saat ini, pasokan gas hanya 80 MMSCFD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPH Migas telah mengumpulkan PLN, Pertagas, dan PGN. Dari rencana kerja masing-masing perusahaan tersebut, sedang dicari solusi agar pipa Kalija I masih bisa dimanfaatkan.
"Setiap badan usaha kan punya rencana kerja. PLN, PGN, Pertagas kan punya rencana kerja, kita bahas bersama minggu kemarin, kita sinkronisasi supaya enggak sepotong-sepotong. Siapa tahu ada peluang di mana pipa Kalija I masih bisa dimanfaatkan. Mudah-mudahan ada jalan keluarnya," kata Jugi saat ditemui di Kantor BPH Migas, Jakarta, Rabu (30/8/2017).
Cukup sulit mencari sumber gas baru untuk pipa Kalija I. Sebab, sumber gas harus dari lapangan di lepas pantai (offshore) seperti Lapangan Kepodang. "Pasokannya harus dari offshore masuk ke situ. Harus ada pengganti yang sama-sama offshore," tukasnya.
Solusi lain yang dapat ditempuh adalah dengan menempatkan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) untuk menerima gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dan mengalirkannya ke pipa Kalija I. Opsi-opsi solusi masih dibahas.
"Supaya ini bisa jalan, tidak idle, paling bagus ada FSRU untuk LNG," tutupnya. (mca/dna)