Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara, mengatakan penurunan penjualan sejumlah ritel modern selain imbas dari lemahnya daya beli paling banyak diderita segmen fesyen.
"Yang menarik ini karena pergeseran pola konsumsi belanja kalangan menengah. Mereka selain melek digital dengan banyak yang belanja di e-commerce, juga karena ada pergeseran konsumsi. Daripada buat beli baju, anak muda sekarang lebih suka makan di restoran, nongkrong lama di kafe. Makanya restoran tetap survive. Sementara toko elektronik dan fesyen tertekan," kata Bhima kepada detikFinance, Jumat (27/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fesyen ini ritel yang paling lesu. Generasi milenial yang usianya 18-35 tahun ini kan pangsa pasar terbesar. tapi mereka sekarang itu generasi yang lebih suka nongkrong lama di kafe, beli makan, enggak suka beli kendaraan karena ada online. Lebih suka sewa apartemen daripada ambil KPR. Yang menengah ke atas juga sama, lama-lama di kafe, pengeluaran beli kopi akhirnya naik," ujar Bhima.
Dia mencontohkan, mal dengan konsep nyaman untuk tongkrongan dan banyak ditempati tenant kuliner justru malah ramai. Sebaliknya, pusat perbelanjaan yang sejak dulu lebih banyak menawarkan wisata belanja fashion banyak yang ditinggal pembeli.
"Lihat saja di Mal Kasablanka itu banyak kuliner, nongkrong enak, ada film, justru makin ramai makin ke sini. Yang mal banyakan jualan baju sepatu sepi," tutur Bhima.
Menurut dia, dari data sebuah lembaga survei dari tahun lalu hingga semester I-2017, 10 mal dengan pertumbuhan penjualan tertinggi yakni Gandaria City yang tumbuh 20%, Mal Kasablanka 18%, Central Park 14%, Summarecon Serpong 14%, dan Metropolitan Mall 13%.
Mal-mal tersebut selama ini terkenal sebagai tempat nongkrongnya anak-anak muda. Kondisi ini berkebalikan dengan penjualan pusat belanja seperti Metro Pasar Baru yang penjualannya turun 59%, Taman Palm Mall turun 49%, Glodok Plaza turun 34%, Mangga Dua Mall turun 23%, dan Mangga Dua Center minus 20%.
Apakah bergugurnya ritel-ritel modern ini akan berlanjut, dirinya mengaku belum menganalisasi sejauh itu. "Itu belum tahu, tapi jelas sektor ritel trennya masih turun," tandas Bhima. (idr/wdl)