CEO Sogo Department Store, Handaka Santosa mengatakan, penutupan Lotus bukan karena daya beli masyarakat yang lemah, melainkan memang karena strategi bisnis.
"Saya bilang daya beli enggak turun, tapi hasil penjualan, untuk bayar sewa, listrik, karyawan masih merah. Kita selama 3 bulan masih bisa subsidi silang tidak apa-apa, tapi sudah 2 tahun merahnya terlalu tinggi, berat, jadi kita amputasi sekarang," kata Handaka di Jakarta, Rabu (1/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan penutupan Lotus, kata Handaka, perusahaan ritel yang di bawah naungan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) juga akan melakukan ekspansi bisnis dengan membuka toko Sogo kembali di salah satu pusat perbelanjaan di Karawaci, Tangerang.
"Iyah tanggal 5 di Supermal Larawaci, satu dulu lah, yang lain tetap buka, convenience store, jadi kami masih buka, seperti buka food hall, butik-butik lain, Zara dari MAP holding, planning map mau buka 200," ungkap dia.
Dengan tambahan satu toko Sogo, kata Handaka, maka totalnya menjadi 18 toko yang sudah dibuka dan beroperasi. Meski demikian, dia mengaku ke depannya akan terus menambah jumlah gerai lantaran masih ada beberapa wilayah berpotensi namun belum dioptimalkan.
"Sebenarnya banyak daerah yang potensi di buka. Sogo bukan lagi seperti depstore asing, tapi sudah kayak depstore nasional, apalagi toko 18. Seperti Manado, Makassar, Palembang aja belum ada. kita sedang melihat, jadi kami sedang melihat, tapi belum menetapkan apakah akan buka atau tidak, kami melihat suasana belanja untuk tahun depan," ungkapnya.
Sedangkan untuk penutupan Debenhams, Handaka mengungkapkan, manajemen masih mencari konsep yang cocok dan bisa bersaing dengan departement store lainnya.
"Akan mengubah konsepnya bukan dengan anchor tenant, tapi dia mempunyai store sendiri-sendiri, jadi nanti ada Zara, dan lain-lain dengan image sendiri-sendiri, jadi kebetulan kita sekalian keluar aja," tukas dia. (mkj/mkj)