Sebelum masuk ke penurunan daya beli masyarakat tersebut, Nielsen melaporkan terjadinya perlambatan untuk konsumsi khusus consumer goods.
Tepatnya, barang konsumen yang bergerak cepat (Fast moving consumer goods/FMCG). FCMG adalah produk-produk yang dapat terjual secara cepat dengan harga yang relatif murah, dan biasanya merupakan kebutuhan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FMCG selama 2017 tercatat tumbuh hanya 2,7% pada laporan Nielsen soal Indonesia Market Insights: Perlambatan Pertumbuhan Retail FMCG Indonesia, Oktober 2017.
![]() |
Sementara di 2016 lalu pertumbuhan FMCG ini secara setahun sebesar 7,7%. Nielsen mencatat rata-rata pertumbuhan normal tahunan FCMG mencapai 11%. Selama lebaran 2017 sendiri, pertumbuhannya hanya 5%, padahal di tahun sebelumnya mencapai 13,4%.
Mari masuk ke inti judul dari artikel ini. Nielsen memaparkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat kelas menengah dan bawah.
Mengapa?
Faktor pertama adalah karena turunnya Take Home Pay (THP/Gaji total) dari masyarakat tersebut di mana di dalamnya terdapat komponen lembur, komisi, jasa, sampai pemasukan lainnya yang ternyata ada penurunan.
![]() |
Kemudian, masyarakat kelas menengah-bawah ini mengalami kenaikan living cost (biaya hidup). Sampai-sampai, konsumsi mie instan, susu bubuk, kopi sampai minuman mengalami penurunan konsumsi.
Bagaimana dengan kelas menengah-atas? Laporan Nielsen menyebut, kelas menengah atas masih menunggu situasi di mana mereka hanya 'wait and see'. Namun ada indikasi di mana pengeluaran lifestyle cenderung terus tumbuh.
![]() |
"Perlambatan pertumbuhan FMCG di tahun ini bukan semata-mata dipengaruhi langsung oleh bertumbuhnya e-commerce di Indonesia. Untuk core products FMCG e-commerce hanya mencapai kurang lebih 1% dibandingkan dengan penjualan offline secara total," demikian salah satu Summary Laporan Nielsen yang disampaikan oleh Ernawati, Associate Director The Nielsen Company Indonesia. (mkj/ang)