Ketua Umum Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi), Anthony Tanios, produk impor China itu adalah mutiara fresh water alias tawar. Menurut Anthony, beredarnya produk mutiara China, membuat produk mutiara laut lokal kalah saing.
Pasalnya, harga jual mutiara air tawar China jauh lebih murah ketimbang mutiara air laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Industri Mutiara Laut RI Terancam China |
Sebelumnya, saat penutupan Indonesia Pearl Festival di Lippo Mal Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (12/11/2017), Anthony menjelaskan, mutiara air tawar dari China dibanderol Rp 50.000-Rp 100.000 per butirnya, sementara mutiara air laut lokal dijual antara Rp 1 juta-Rp 2 juta per butir.
"Lombok adalah sentra mutiara selama ini, tapi sayang mutiara fresh water dari China yang mereka jual. Dampak ke Kami tidak bisa menjual mutiara hasil budidaya kami," ujar Anthony kepada detikFinance, Senin (13/11/2017).
Baca juga: Pengusaha Minta Pemerintah Setop Impor Mutiara dari China
Selain itu, kata Anthony, mutiara air tawar dari China memakai kode tertentu untuk masuk ke Indonesia.
"Mereka memakai HS Code manik-manik plastik," terang Anthony.
Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah bisa mengendalikan impor produk mutiara dari China itu. Bahkan, kalau perlu, bisa menyetop impor tersebut.
"Mudah-mudahan pemerintah bisa setop impor mutiara China (fresh water)," tutur Anthony. (hns/hns)