Hal itu diungkapkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi usai mengikuti rapat koordinasi di Kantor Kementerian Bidang Kemaritiman, Jakarta, Jumat (8/12/2017).
"Jakarta-Surabaya nanti finalnya bulan Maret (2018). Final desain semuanya kita pilih apa. Kan sekarang ada narrow gauge ada standard gauge, kita akan mencari satu yang lebih baik. Ada satu yang paling optimal yang kita miliki. Ini kan ada satu proses modernisasi kereta api yang kita studi," jelasnya di lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mau cepet tapi mahal enggak? Mau cepat tapi enggak optimal enggak? Ini kan uang puluhan triliun, jadi kita harus hati-hati jangan sampai kita memutuskan, jangan sampai kita mengambil justifikasi yang belum maksimal. Jadi kita akan desain, desainnya kita akan melakukan suatu evaluasi," jelasnya.
Budi Karya juga menjelaskan, bahwa finalisasi desain proyek tersebut mencakup semua aspek, salah satunya mengenai pemilihan jenis rel yang akan digunakan. Ada dua opsi rel yang masih dikaji lebih lanjut. Dua jenis rel yang dimaksud yakni narrow gauge (rel sempit) dengan lebar rel 1,067 meter atau menggunakan standar gauge dengan lebar rel 1,435 meter yang memang banyak digunakan untuk kereta cepat.
Dengan mundurnya target ini, Budi Karya berharap agar dana proyek yang digelontorkan bisa lebih efisien. Kata dia rel standar gauge lebih mahal dibandingkan narrow gauge. Dalam kajian ini, pemerintah juga akan mengajak para ahli dari Korea untuk ikut membantu.
"Jadi kita akan pelajari. Iya maunya dengan berjalannya ini, kita tambah expert-expert supaya harganya lebih murah," pungkasnya. (zlf/zlf)