Rencana Renovasi Gedung Berhantu di Kemenkeu

Rencana Renovasi Gedung Berhantu di Kemenkeu

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 28 Des 2017 08:32 WIB
Rencana Renovasi Gedung Berhantu di Kemenkeu
Foto: Sylke Febrina Laucereno.
Jakarta - Jika anda sedang berada di kawasan Lapangan Banteng Jakarta Pusat dan sekitarnya, atau sedang melewati jalan Budi Utomo perhatikan gedung berwarna putih yang ada di dalam kompleks Kementerian Keuangan.

Posisinya dekat lapangan yang biasa digunakan untuk upacara. Gedung berasitektur Eropa ini akan direnovasi atau dipugar, karena memiliki nilai sejarah yang tinggi. Jika anda dari arah jalan Gunung Sahari, kemudian masuk ke jalan Budi Utomo maka gedung ini berada di sisi kiri jalan.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gedung ini memiliki banyak jendela dengan dua daun berukuran besar. Kemudian ada lapangan di depan gedung yang biasa digunakan untuk upacara oleh Kementerian Keuangan.

Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) menyebutkan, saat ini LMAN bersama pihak terkait tengah mendiskusikan rencana tersebut. Berikut selengkapnya.

Banyak Aset 'Tak Berwujud'

Foto: Sylke Febrina Laucereno.
Direktur Utama LMAN Rahayu Puspasari mengatakan, gedung tua yang dibangun sejak 209 tahun itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan komersil namun tetap tidak mengurangi nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya.

"Gedung ini adalah aset sejarah perkantoran terbesar se Asia Tenggara, jadi dalam skema ini LMAN diamanahkan untuk merekonstruksi baik desain maupun bentuk. Memang tantangannya sangat besar, karena harus mempertahankan nilai sejarah gedung yang sudah berusia 200 tahun ini ada 'intangible asetnya' ujar Puspa dalam konferensi pers di Hotel Morrissey, Jakarta, Rabu (27/12/2017).

Intangible aset sebenarnya berarti aset tak berwujud. Sembari bercanda, Puspa menyebut intangible aset adalah mahluk halus yang ada di gedung tersebut.

Dia menjelaskan LMAN akan mengelola aset dan akan melakukan renovasi agar gedung AA Maramis ini menjadi spot iconic atau tempat yang memiliki ciri khas.

"Kalau untuk nilainya berapa, saya belum bisa jawab, karena itu aset bersejarah selain nilai bangunan dan nilai tanah, nilai historisnya juga sangat besar dan gedung ini jadi salah satu kebanggaan Kementerian Keuangan," imbuh dia.

Puspa menjelaskan, pada 2013 saja biaya yang dikeluarkan untuk memulihkan interior dan eksterior biayanya mencapai Rp 300 miliar. Saat ini pihak LMAN menggandeng tim sidang pemugaran (TSP) dan pusat dokumentasi arsitek (PDA) untuk membicarakan konsep pemugaran gedung tersebut. Sedang dihitung pula biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan gedung peninggalan Daendels ini.

Dia mengungkapkan, sudah ada beberapa pihak yang mengajukan diri untuk mengelola, jika gedung tersebut sudah selesai diperbaiki.

"Sebenarnya nanti ada tim kita, LMAN maunya dikomersilkan, karena banyak potensi, kita mau ini jadi iconic aset milik pemerintah, kami masih lihat terus prospeknya, kami mau gedung ini di monetize (komersilkan) kalau swasta sih maunya jadi hotel," ujarnya.

Gedung Bersejarah Berusia 209 Tahun

Foto: Sylke Febrina Laucereno.
Gedung ini memiliki umur yang sangat panjang dan menjadi saksi sejarah zaman kolonial, penjajahan Jepang hingga kemerdekaan. Mengutip website Kementerian Keuangan, gedung AA Maramis mulai dibangun pada 7 Maret 1809 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels.

Pembangunan gedung ini bertujuan untuk memindahkan istana Batavia yang mulai kumuh di muara Sungai Ciliwung ke wilayah pusat ibu kota baru Weltevreden.

Awalnya, bangunan ini dirancang menjadi pendamping istana Gubernur Jenderal di kota Bogor atau Buitenzorg Paleis. Gedung ini di rancang oleh Ir Letkol JC. Schultze pada 1828 dan diresmikan oleh Komisaris Jenderal L.P.K Du Bus de Ghisignies.

Gedung ini akirnya digunakan sebagai kantor urusan keuangan Negara dan sejumlah instansi pemerintah. Sejak 1828 hingga 1942 kemudian berlanjut kekuasaan Jepang di Indonesia periode 1942-1945 serta jaman NICA tahun 1945-1949.

Pada tahun 1950 gedung tersebut diserahkan kepada Negara Republik Indonesia kemudian digunakan sebagai kantor Kementerian Keuangan RI dan dijadikan tempat kerja oleh Menteri Keuangan pertama yakni Alexander Andries Maramis.

Gedung ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi, mulai berbagai tokoh dan peristiwa dalam waktu 200 tahun, baik secara fisik maupun semantik. Kemudian gedung ini juga memiliki nilai budaya dan pengetahuan nasional. Oleh karena itu, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, maka Gedung A.A. Maramis dimasukkan kedalam Cagar Budaya yang wajib dilindungi, dipelihara, dan dimanfaatkan.

Hal ini juga sejalan dengan rekomendasi UNESCO mengenai bangunan dan lingkungan cadar budaya secara mendasar yaitu "Saving the Past for the Future and Give a Future to the Past."

Banyak Cerita Horor, dari Suara Baris-berbaris Hingga Noni Belanda

Foto: Sylke Febrina Laucereno.
Sebagai bangunan tua yang kini bernama gedung AA Maramis ini memiliki banyak cerita seram yang dialami oleh pegawai di sana. Salah satu petugas keamanan, Ujang Supriyatna menceritakan beberapa bulan lalu dia mendapatkan informasi jika ada pegawai Kementerian yang mengalami kejadian menyeramkan.

"Ada pegawai yang tadinya mau lembur, jam padahal baru jam 10 malam, dia lari ke depan bilang kalau dengar ada suara derap kaki orang berbaris," ujar Ujang di depan Gedung AA Maramis, Jakarta, Rabu (27/11/2017).

Dia juga menceritakan, ada pegawai yang biasa mendengar suara ketukan sepatu kuda. Memang, sejarahnya di sekitar gedung ini pernah dibangun kandang-kandang kuda yang dulu digunakan sebagai alat transportasi untuk delman.

Ujang mengatakan, sepertinya banyak cerita-cerita seram yang dialami oleh pegawai. Karena gedung ini termasuk gedung tua yang memang kurang terawat dan kosong setiap malamnya.

Salah satu pekerja yang merenovasi gedung, Lilik menceritakan dia sering mengalami kejadian aneh. Misalnya melihat wanita berperawakan seperti Noni Belanda sedang berdiri di pojok ruangan.

Lilik yang sudah bekerja selama 12 tahun ini mengaku sering 'dijaili' oleh mahkluk halus. "Ya ada saja, kemarin saya dan teman-teman masuk ke gedung yang paling pojok, terus ada yang lempar pakai pasir, padahal pasir kami taruh di bawah," imbuh dia.

Selain Lilik, Surya yang juga pekerja renovasi mengaku kemarin sore jelang magrib melihat sekelebat bayangan putih di gedung ini. "Padahal saya baru setahun kerja di sini, kemarin lihat ada bayangan putih berkelebat, jam setengah 6 lah masih sore," kata dia.

Penasaran dengan gedung bersejarah ini? Lihat foto-fotonya di berita ini:

Halaman 2 dari 4
(ang/ang)
Hide Ads