-
Harga beras naik diperkirakan terjadi sejak akhir tahun 2017. Memasuki 2018 harga beras belum beranjak turun.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah, salah satunya dengan menggelar operasi pasar dengan menggelontorkan cadangan beras pemerintah (CBP) di berbagai wilayah.
Hal itu diharapkan mampu meredam kenaikan harga agar tidak tinggi-tinggi sekali. Kondisi tersebut rencananya bakal dilakukan sampai harga beras setidaknya berada di ambang batas harga eceran tertinggi (HET).
Operasi beras diluncurkan pada Selasa (9/1/2018). Namun pantauan detikFinance, Kamis (11/1/2018) di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) harga masih terpantau tinggi, berada di atas HET.
Alhasil pemerintah berencana impor mengatasi persoalan tersebut. Rencana impor diumumkan Kamis malam.
Di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) harga beras medium sudah melebihi ambang batas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 9.450 per kg.
Pantauan detikFinance di PIBC, Kamis (11/1/2018), harga beras sudah tembus Rp 12 ribu per kg.
"Beras medium sekarang sudah di atas Rp 11.500. Ada yang udah di Rp 12.000-an," kata pedagang beras, Yaya saat berbincang dengan detikFinance.
Dia mengatakan harga beras masih belum stabil hingga kini. Harga beras masih berkemungkinan naik kembali mengingat stok beras yang diakuinya turun.
"Misalnya sekarang saya beli Rp 11.000, besok bisa jadi sudah Rp 11.200. Kita tiap hari beli, besok sudah naik lagi," lanjutnya.
Pedagang lain, Ibu Rochman menyatakan hal serupa. Dia menyebutkan bahwa beras premium sudah berada di atas HET. Namun kenaikannya tergantung dari daerah asal beras.
"Kalau Solo Rp 12.500 per kg, Indramayu Rp 12.000, tapi itu yang pinggiran," jelasnya.
"Sekarang naik terus. Dari Natal, Desember naik Rp 3.000. Ini masih bisa naik terus. Sekarang Rp 10.500 misalnya, besok beli lagi saya Rp 11.000," tambahnya.
Pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mengungkap kenaikan juga terjadi pada beras premium.
"Premium itu sekarang belinya udah di atas Rp 13.000. Malah ada yang Rp 13.800 hari ini," kata pedagang beras Yaya ketika berbincang dengan detikFinance.
Padahal ambang batas harga beras premium Rp 12.800 per kg. Namun saat ini harga di pasaran sudah melebihi angka tersebut.
Pedagang lain, Ibu Rochman juga mengatakan terjadi kenaikan harga beras premium. melewati harga eceran tertinggi yang ditetapkan.
"Beras premium naik. Udah ada yang di atas HET Rp 12.800. Sekarang udah banyak di atas Rp 13.000 per kg," lanjutnya.
Akibat kenaikan harga beras banyak konsumen yang mengeluh. Lalu apa penyebab harga beras sekarang mahal? Ini jawaban pedagang.
"Banyak yang ngeluh, banyak yang balik lagi. Kita bingung jualnya," kata Pedagang lain, Ibu Rochman.
Dia mengatakan kalau kenaikan harga terjadi karena panen yang kurang bagus sehingga pasokan berkurang. Hal tersebut juga menjadi faktor naiknya harga beras premium.
"Emang lagi enggak ada (pasokannya), kan kemarin kena hama, gagal (panen), hasilnya sedikit jadi sekarang udah habis. Nanti bulan tiga baru panen lagi," ujarnya.
Pedagang lain, Yaya memperkirakan kalau harga beras akan berangsur pulih jika panen Maret mendatang produksi bagus.
"Ini kan panen sekitaran awal Maret. Kalau cuaca bagus harga pasti turun otomatis, banyak beras masuk pasti turun tapi bertahap," tambahnya.
Pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) menyebut kenaikan harga beras kali ini merupakan tertinggi dibandingkan yang pernah terjadi sebelumnya.
"Pemasukan beras emang lagi kurang, harga sekarang tinggi, melambung. Baru seumur-umur ini," kata pedagang beras, Jono saat berbincang dengan detikFinance.
"Baru tahun ini yang bener-bener parah. Harga beras melonjak naiknya Rp 3.000," lanjutnya.
Dia mengatakan, jika dulu terjadi kenaikan harga beras, paling tidak hanya sebesar Rp 1.000-an. Dia mencontohkan kenaikan harga beras medium dan premium.
"Sebelum naik medium Rp 9.450, sekarang jadi Rp 12.000-an, yang premium jadi Rp 13.000 sekarang. Dulu paling tinggi naik Rp 1.000, itu seminggu-2 minggu udah turun," lanjutnya.
Distributor yang memasok beras asal Jawa Barat ke PIBC, Sukarjo mengatakan harga sudah naik dari lingkup petani.
"Petani jual Rp 700-Rp 800 gabah kering per kg. Kalau normal paling Rp 500 untuk gabah kering per kg. Belum pernah sampai segitu. Dulu cuma Rp 600 kalau naik, itu juga sebentar," lengkapnya.
Menurut dia harga naik sudah sekitar sebulan karena panen terakhir terjadi penurunan produksi. Hasil panen di Jawa Barat menurutnya ada penurunan namun tidak menyeluruh. Penurunan saat panen terakhir yang terjadi Agustus.
"Sawah banyak yang panennya turun. Jadi yang biasanya sawah dapet 3 ton jadi cuma dapat 1 ton karena gagal.
"Apa karena pengaruh obat atau alam kan enggak tahu. Bibit juga bisa karena pemerintah bibitnya gonta-ganti terus," tambahnya.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman, menjawab pertanyaan seputar penyebab harga beras medium naik.
Amran menjelaskan, masa tanam padi membutuhkan waktu tiga bulan dan sudah dilakukan sejak Oktober 2017. Selain itu, ada curah hujan tinggi yang memicu banjir pada beberapa lahan pertanian di Pulau Jawa.
Sekitar 40.000 hektar (ha) dari total 400.000 ha lahan pertanian terendam banjir. Meski begitu, kata Amran, masih ada 360.000 ha lahan pertanian terbebas banjir.
"Itu masalah banjir itu kita punya surplus itu 400 ribu hektar. Kemarin yang terkena banjir itu ada 40.000 hektar. Jadi masih aman masih surplus 360.000 hektar," ujar Amran.
Yang jelas, terkait masalah harga beras ini, Waki Presiden Jusuf Kalla (JK) pernah mengatakan opsi impor terbuka jika beras medium terus naik. Merespons pernyataan JK itu, Amran menjelaskan, Februari nanti akan memasuki puncak masa panen, sehingga pasokan beras melimpah.
Oleh sebab itu tak perlu membuka keran impor beras.
"Ya janganlah (impor). Biarlah aku beri informasi soal domain saya," tutur Amran.
Harga beras jenis medium maupun premium melonjak beberapa hari terakhir. Di Pasar Induk Cipinang, harga beras medium tembus Rp 12.000/kg, di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450/Kg.
Sedangkan beras premium Rp 13.000/kg, naik dari HET Rp 12.800/kg. Merespons kondisi ini, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengumumkan impor beras tahun ini. Beras yang diimpor adalah jenis beras khusus atau beras premium.
"Saya sampaikan tidak mau mengambil risiko kekurangan pasokan. Saya mengimpor beras khusus. Beras yang tidak ditanam di dalam negeri," ujar Enggartiasto dalam paparan di Kementerian Perdagangan, Kamis malam.
Adapun impor dilakukan untuk mengatasi kelangkaan pasokan beras yang berdampak pada naiknya harga jual beras di tingkat pengecer.
"Jadi jangan kita mengambil risiko dan ada pertentangan karena petani juga adalah konsumen yang membeli beras dan tidak boleh ada terjadi kekosongan," tandas dia.
Produk beras yang diimpor adalah jenis khusus, yaitu tidak ditanam di Indonesia dan biasanya untuk konsumsi hotel, restoran, dan katering.
Enggar tak merinci berapa kebutuhan beras yang harus dipenuhi. Hanya saja, pihaknya telah menetapkan besaran volume impor beras yang akan dilakukan lewat Perusahaan Perdagangan Indonesia.
"Yang diimpor beras khusus 500 ribu ton," kata Enggar dalam paparan di kantornya, Kamis (11/1/2017).
Pasokan beras yang mulai masuk ke Indonesia akhir Januari 2018 berasal dari Thailand dan Vietnam. Kenapa akhir Januari 2018? Karena, lanjut Enggar, di masa tersebut ada potensi kelangkaan pasokan beras yang bisa memicu lonjakan harga di tingkat konsumen.
"Saya memilih untuk berbicara solusi dan tidak mau mengandai-andai dan buat analisa. Jadi saya pastikan beras masuk akhir Januari itu pasti," paparnya.
"Kita jangan cari penyebab. Isi saja dulu. Jadi kalau kita berdebat di situ, gimana penyebabnya, gimana selesaikan kebutuhan masalah, ini untuk rakyat, ini urusan perut," tandas dia.