Menurut Hanif, dalam rapat tersebut pihaknya membahas terkait bagaimana mempersiapkan tenaga kerja. Di mana para tenaga kerja tersebut diharapkan dapat mendukung ekonomi digital.
Namun, lebih detailnya ia menjelaskan masih dalam pembahasan, termasuk soal kendala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Airlangga menyampaikan bahwa dalam ekonomi digital pihaknya berfokus dalam mempersiapkan tenaga kerja menjadi lebih baik. Sebab ia menilai bahwa kunci dari ekonomi digital adalah kualitas tenaga kerja.
Peningkatan kualitas tenaga kerja dilakukan dengan memberikan program pemagangan kepada para tenaga kerja.
"Ekonomi digital nanti akan dilihat, kan salah satu kunci di ekonomi digital itu tenaga kerja yang berpindah-pindah artinya dalam proses inkubasi kan perlu pemagangan. Nah, pemagangan itu bisa dari semacam trainer-nya datang ke Indonesia atau yang ikut start up Indonesia ke luar negeri," sambungnya.
Oleh karena itu, ia menilai bahwa proses pemagangan tersebut harus dipermudah. Salah satu yang telah dilakukan, yaitu dengan kerja sama antara perusahaan di Tiongkok dan Singapura.
Selain itu, kegiatan tersebut juga dinilai agar menciptakan kesetaraan dengan antara tenagakerja dan ahli dari luar negeri maupun dalam negeri.
"Nah exchangenya harus dipermudah. Kemenperin kan sudah kerja sama dengan Shiwa di Beijing atau dengan ITE Singapura atau dengan Block Seventy One jadi mereka yang inkubasi di Bali, Bandung tekno park di Semarang dan yang lain perlu dipermudah. Supaya mereka bisa yang expert asing bisa datang kita juga bisa mudah keluar negeri jadi ada kesetaraan," tutupnya. (ara/ara)