Pembangkit yang berlokasi di Wajok Hulu, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Kalbar, mulai resmi beroperasi pada Senin (27/2/2017). Pengoperasian setelah proses pembangunannya dimulai pada Desember 2016.
Pembangkit milik swasta ini memasok listrik sebesar 10 Mega-Watt atau sebesar 74 juta kilowatt hour (kWh) per tahun ke Sistem Kelistrikan Khatulistiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Direktur Bisnis PLN Regional Kalimantan Machnizon mengatakan bahwa pengembangan energi baru terbarukan menjadi salah satu prioritas PLN terutama di regional Kalimantan untuk menggantikan pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak atau diesel.
"Saat ini di wilayah Kalimantan Barat, presentase pembangkit yang masih menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya masih sebesar 44 persen. Pemerintah melalui PLN terus berkomitmen dalam mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen di tahun 2025," jelas Machnizon.
![]() |
Menurut dia, selain mengedepankan pemerataan kelistrikan untuk daerah-daerah yang belum mendapatkan akses energi listrik, PLN juga mengupayakan listrik dengan tarif yang terjangkau sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu langkahnya dengan bekerja sama dengan Independent Power Producer (IPP) pengembang EBT.
"Dengan beroperasinya pembangkit listrik biomassa ini biaya pokok penyediaan (BPP) energi listrik di wilayah Kalimantan Barat akan turun. Kami sangat mendukung para pengembang untuk membangun pembangkit listrik dengan green energy seperti ini," tambahnya.
![]() |
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Restrukturisasi Dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN sekaligus Komisaris PLN Aloysius Kiik Ro mengatakan, arah pemerintah untuk mengembangkan energi baru terbarukan sebagai sumber energi dan meningkatkan porsinya dalam bauran energi nasional sudah benar.
"Potensi sumber energi terbarukan di Kalimantan terutama biomassa sangat besar. Dengan luasnya lahan perkebunan sawit, cangkang sawit dapat digunakan sebagai sumber energi untuk membangkitkan listrik yang ramah lingkungan dengan harga yang murah dan sustain," ungkap Aloy.
Investasi US$ 21 Juta
Pembangkit biomassa ini menggunakan bahan bakar dari energi baru terbarukan berupa cangkang sawit, sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu, serbuk kayu dan limbah pertanian lainnya.
Harga material tersebut berkisar Rp 600/kg. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar untuk memproduksi energi listrik setahunnya sebanyak 98.400 ton pertahunnya.
Untuk mengamankan pasokan bahan bakarnya, pihak PT Rezeki Perkasa menjalin kerjasama dengan pengusaha perkebunan kelapa sawit (PKS) yang berada tersebar di provinsi Kalimantan Barat. Ke depannya akan dijalin kerjasama dengan pihak pemilik lahan untuk membuat koperasi demi meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
General Manager PLTBm PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari Panahatan mengatakan untuk membangun PLTBm ini pihaknya menginvestasikan dana lebih dari Rp US$ 21 juta.
"Dari total kapasitas terpasang 1x15 Mega-Watt, kami dan PLN sudah sepakat untuk menyalurkan sebesar 10 mega-watt terlebih dahulu sesuai perjanjian jual beli yang sudah ditandatangani pada 2016 lalu," ujar Panahatan.
PLN sendiri telah menyiapkan jaringan untuk menyalurkan listrik dari PLTBm ini ke Sistem Khatulistiwa.
"Kami sudah membangun jaringan listrik tegangan menengah (JTM) 20 kilo-volt sepanjang 5,65 kilo meter sirkit (kms) menuju titik interkoneksi di Gardu Induk (GI) Siantan. Langkah ini sebagai komitmen kami dalam mendukung program pemerintah dan menjalankan bisnis yang berwawasan lingkungan," pungkas Machnizon.
(nwy/ang)