Pendapatan Nelayan Turun Saat Cuaca Buruk, Begini Solusinya

Pendapatan Nelayan Turun Saat Cuaca Buruk, Begini Solusinya

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Jumat, 02 Mar 2018 16:28 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Ketersediaan kapal dan alat tangkap yang kurang memadai membuat nelayan di Belitung Timur sangat bergantung pada kondisi cuaca untuk melaut mencari ikan. Bila memaksakan diri melaut saat cuaca buruk, tangkapan nelayan tak maksimal bahkan bisa kehilangan nyawa dilaha ombak.

Meski demikian, sebenarnya ada cara yang bisa ditempuh sebagai solusi mengoptimalkan tangkapan nelayan.

Ketua Lembaga Kelautan dan Perikanan Indonesia (LKPI) Beltim M Aedy M berpendapat, sudah waktunya pihak pemda memberikan perhatian lebih pada para nelayan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya dengan memberikan bantuan berupa coldstorage sehingga nelayan bisa menggunakan sistem penyimpanan ketika musim ikan tiba.


Konsepnya seperti petani yang pada saat musim panen bisa menyimpan hasil pertanian yang melimpah. Kemudian bisa menggunakan simpanan tersebut saat pasokan hasil pertanian sedang minim.

"Coldstorage akan sangat bermanfaat, terutama bagi nelayan yang biasa melaut dengan kapal besar. Jadi, saat tangkapan ikan mereka bagus, bisa disimpan untuk menyiasati cuaca buruk," sebut dia lewat sambungan telpon, Jumat (2/3/2018).


Sebelumnya, Sekjen Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Belitung Timur, Aman Saprin, cuaca buruk biasanya terjadi pada September-Desember.

Pada masa tersebut, ada juga nelayan yang memaksakan diri, utamanya para nelayan yang biasa melaut lebih dari 20 mil, namun hasil tangkapannya tidak maksimal.

"Bahkan ada nelayan hilang di lautan karena terus melaut dalam cuaca buruk," kata Aman.

Dihubungi terpisah, tokoh nelayan Belitung Timur, Syamsuriza, menjelaskan, masalah lain yang sekarang membelit nelayan di kawasan tersebut adalah ketiadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Akibatnya, nelayan harus pasrah menerima harga yang ditawarkan para tengkulak.

"Bayangkan saja, Beltim ini punya banyak ikan. Tapi, tidak punya TPI, harga ikan pun mahal. Miris sekali. Padahal, lelang membentuk harga pasar. Hasil lelang baru dimasukkan ke coldstore. Nah, hingga saat ini, karena TPI belum ada, para nelayan berhubungan langsung dengan tengkulak. Soal harga, mereka terpaksa mengikuti apa mau tengkulak," ujarnya.

Hal lain yang diharapkan para nelayan adalah asuransi kesehatan. Saat ini, rata-rata nelayan memakai BPJS mandiri.

"Sebenarnya harapan kita sederhana, yakni bisa melaut dengan tenang, bisa makan, dan memenuhi biaya hidup sehari-hari. Kadang, kesehatan malah nggak dipikir. Nah, ini harusnya diperhatikan juga pihak pemda. Sementara, asuransi dari pusat (kusuka) sampai sekarang belum ada realisasinya," kata Syamsuriza. (dna/dna)

Hide Ads