Dalam siaran pers Kementan, Kamis (8/3/2018), Amran didampingi oleh Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Dr. Mat Syukur dan Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Tata Hubungan Kerja Lingkup Kementan Ir. Baran Wirawan, MSc. Sementara Ms. Kundhavi Kadiresan didampingi oleh Kepala Perwakilan FAO di Jakarta, Mr. Mark Smulders.
Pada kesempatan tersebut, Amran menyampaikan capaian pembangunan pertanian melalui program UPSUS. Program ini mencakup semua aspek yang berkontribusi untuk menciptakan sebuah kondisi pertanian yang sehat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2017, produksi padi meningkat sebesar 10,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang setara dengan USD 3,23 Miliar. Kenaikan produksi tersebut juga tercatat pada 43 komoditas pertanian lainnya, termasuk bawang merah dan cabai yang nilai kumulatifnya berjumlah sekitar USD 27,08 Miliar.
Angka ini adalah yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Meskipun El Nino yang menghancurkan wilayah pertanian skala luas terjadi, Indonesia masih dapat menjaga pasokan domestik dari beberapa komoditas pangan strategis, dan bahkan berhasil mengekspor beras khusus sejumlah 4 ribu ton, bawang merah 7,7 ribu ton, dan jagung 57 ribu ton. Secara kumulatif, nilai ekspor pertanian 2017 naik 24 persen dibandingkan tahun 2016.
Kedepan, Kementerian Pertanian telah menetapkan target sebagai pemasok bahan pangan utama di dunia. Amran optimis untuk mewujudkan target ini pada tahun 2045 dengan mempertimbangkan besarnya sumberdaya yang ada di Indonesia termasuk besarnya keanekaragaman hayati dan ekosistem pertanian, luasnya potensi lahan subur untuk pertanian, melimpahnya tenaga kerja, tersedianya inovasi dan teknologi, dan besarnya potensi pasar dalam negeri dan internasional.
Merespon hal tersebut, ADG FAO Bangkok menyampaikan apresiasi atas capaian Pemerintah RI di sektor pertanian. Secara khusus, ADG FAO mengapresiasi pelaksanaan program asuransi pertanian dan sistem informasi pemantauan pertanian.
Asuransi pertanian (khususnya crop insurance) Indonesia dapat diterapkan dengan baik, di negara lain tidak mudah menerapkan program asuransi. Mengapresiasi sistem informasi kalender tanam berbasis teknologi yang dapat diakses secara cepat oleh petani dan penyuluh melalui smartphone serta mendorong diaplikasikannya e-agricultural secara lebih luas.
Selain itu, Kundhavi juga menyarankan dengan adanya kenaikan produksi ini, Indonesia berpeluang untuk melakukan ekspor produk pertaniannya. Untuk memasarkan produk pertanian ke luar negeri, produk itu sendiri harus berdaya saing, efisien, dan spesifik, misalnya produk pertanian organik.
Lebih lanjut Kundhavi berharap Indonesia dapat menjadi promotor sistem pertanian Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan Organik. LEISA adalah sistem pertanian berkelanjutan dengan input luar yang rendah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan efisien.
Dalam kesempatan ini pula, Kundhavi menyampaikan undangan kepada Menteri Pertanian untuk menghadiri pertemuan tingkat Menteri Pertanian Asia dan Pasifik dalam the 34th Asia and the Pacific Regional Conference (APRC ke-34) di Fiji pada tanggal 9 - 13 April 2018. (ega/hns)