Pihak swasta mengaku iri melihat para BUMN karya yang seakan kenyang melahap banyak proyek. Mereka merasa tak memiliki kesempatan untuk ikut mencicipinya, terlebih kontraktor kecil di daerah.
Baca juga: Pengusaha Sebut BUMN Pelit Bagi-Bagi Proyek |
Perseteruan antar perusahaan infrastruktur swasta dan berplat merah kembali mencuat ketika salah satu pengusaha asal pulau Sumatera berkeluh kesah di hadapan Presiden Joko Widodo pada acara Rapimnas Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) pada Rabu 7 Maret 2018 yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BUMN Dianggap Pelit Bagi-Bagi Proyek
Foto: dok detikcom
|
"Mereka (BUMN) mengoptimalkan grup mereka, semua mereka kerjakan sendiri," ujarnya.
Padahal menurut Errika hal itu justru menimbulkan banyak kerugian bagi BUMN itu sendiri. Beban konstruksi yang berlebihan membuat mereka keteteran.
Bagaimana tidak, para BUMN banyak melakukan pekerjaan konstruksi. Padahal, jumlah tenaga kerja dan ketersediaan alat berat pendukung konstruksi tentu ada batasnya. Begitu batas itu terlewati, maka BUMN yang bersangkutan tak akan maksimal mengerjakan proyek konstruksi yang dikerjakan.
Hal itu tercermin dari maraknya kecelakaan konstruksi yang terjadi belakangan ini.
BUMN Ragukan Swasta Bisa Garap Proyek Pemerintah
Foto: Dok.
|
"Seperti LRT, ini kan kami mendanai dulu. Kalau swasta kira-kira bersedia? Kemudian nanti pembayaran ke depannya juga masih bertahap begini. Pakai audit yang ketat dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dari konsultan Kementerian Perhubungan, ketat semua," tuturnya
Tak hanya LRT, begitu juga untuk proyek di daerah. Budi mengaku sering kali Adhi Karya melakukan penalangan terlebih dahulu untuk pembebasan lahan. Oleh karena itu dibutuhkan keuangan yang kuat.
"Tanah kami talangi dulu, dari miliaran sampe triliunan, apa swasta bersedia? jadi kondisinya tidak normal-normal saja. Kami mendanai dulu proyek-proyeknya. Kemudian tanah belum bebas kami talangi dulu. Sampai anggaran pemerintah kuat diganti," imbuhnya.
Budi yang juga menjadi Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) menegaskan bahwa BUMN sebenarnya tidak menyentuh proyek-proyek dengan nilai di bawah Rp 100 miliar.
Ini Tanggapan Kementerian BUMN soal Curhat Pengusaha Swasta
Foto: Dok. Jasa Marga.
|
"Tol yang tidak jalan konsesinya sudah diberikan ke swasta, seperti Bogor-Sukabumi, seperti Becakayu. Itu BUMN beli konsesinya, konsesinya kemudian dibeli oleh BUMN untuk mendukung percepatan. Itu dari siapa? Itu swasta," tuturnya.
Sementara untuk proyek baru dianggap tidak menarik bagi swasta. Dia mencontohkan proyek Tol Trans Sumatera yang dipandang memiliki nilai ekonomi yang rendah.
"Terus yang baru-baru, tender baru sudah tak terlalu menarik, mau Sumatera? Mau kemudian itu nyeberang Merak ke selatan itu kan nggak menarik. BUMN invest, return-nya nggak terlalu tinggi BUMN," ujar dia.