PT Pertamina (Persero) selaku operator pun memiliki strategi untuk merealisasikan hal itu. Cara yang dijalankan antara lain ialah melakukan efisiensi dalam berbagai sektor bisnisnya.
"(Melakukan) Efisiensi, dari segi procurement bisa, segi pengadaan bisa, dan sebagainya," kata Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Pertamina Gigih Prakoso di kantornya, Jakarta, Senin (12/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gigih mengatakan Pertamina juga melakukan berbagai inovasi dalam menjalankan bisnisnya. Inovasi-inovasi itu kemudian ditampilkan dalam pameran Annual Pertamina Quality (APQ) 2018.
"Kaya gini (acara APQ), inovasi kan salah satu cara. Bisnis proses kita review. Kalau ada peluang efisiensi ya kita laksanakan. Karena kalau begini (APQ) investasinya nggak terlalu besar tapi impact efisiensinya besar," jelasnya.
Selain itu, dalam melalukan investasi, Pertamina juga akan menyesuaikan dengan kemampuan pembiayaannya. Walau melakukan efisiensi, Gigih mengatakan semua rencana Pertamina yang telah disusun dalam target diharapkan bisa tetap dicapai.
Gigih menjelaskan Pertamina tetap mempertahankan agar perseroan bisa mendapatkan keuntungan walau harga bbm subsidi tak dinaikkan hingga 2019. Pertamina pun telah berbicara kepada pemerintah agar bisa menyelesaikan tagihan subsidi yang belum dibayarkan.
"(Rencana) Masih on target sih, walaupun harga BBM tidak naik mudah-mudahan kita masih bisa pertahankan supaya kita profit. Cash flow kita tetap bicara dengan pemerintah supaya tagihan-tagihan bisa dibayar. Dengan demikian investasi masih ada investasi, bisa kita alokasikan investasi. Karena investasi tidak boleh berhenti, terutama untuk di hulu peningkatan produksi, untuk pembangunan kilang, di pemasaran untuk infrastruktur, juga di gas perlu dibangun," jelasnya.
Lebih lanjut Gigih menegaskan program BBM Satu Harga akan tetap berjalan meski harga BBM subsidi tak dinaikkan. Yang terpenting, kata Gigih, Pertamina bisa menjaga kondisi keuangan perusahaan.
"Sesuai dengan target sampai 2019, kita tambah kan 150 titik sampai 2019 itu tetap jalan. Itu nggak terlalu membebani sepanjang itu hanya menambah memperpanjang alur distribudinya, yang tadinya hanya sampai di SPBU di kota besar provinsi, kabupaten, kecamatan, tapi juga extend ke daerah terpencil. Ya kita sesuaikan penambahan satu SPBU berapalah biayanya," tuturnya. (fdl/hns)