Ketika ditanyakan mengenai kabar terbaru soal rencana itu, pria yang akrab disapa Sandi itu mengatakan pihaknya belum melakukan pembicaraan dengan Kementerian PUPR selaku pemilik proyek 6 ruas tol dalam kota.
"Tadi belum sempat dibicarakan karena prosesnya juga yang integrated tunnel itu masih di pembicaraan antara Jakarta Toll Development dan PT Antaredja Mulia Jaya," katanya saat ditemui usai rapat dengan Menteri PUPR di Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (13/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia bilang, pembicaraan masih berlangsung antara masing-masing kontraktor, yakni PT Jakarta Toll Road Development selaku pemilik konsesi ruas tol dan PT Antaredja Mulia Jaya selaku kontraktor JIT.
"Untuk pembicaraannya, sekarang masih ada di Business to Business antara PT Antaredja dengan Jakarta Toll Development. Tentunya akan terkomunikasi," sambungnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT JTD Frans Sunito mengatakan sampai saat ini pihaknya memang masih mempelajari hasil kajian yang telah dilakukan penggarap proyek JIT, PT Antaredja. Namun dia bilang, seharusnya usulan mengenai rencana ini disampaikan secara resmi ke pemerintah pusat selaku pemilik proyek, yakni Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR.
Pasalnya, pengerjasamaan pembangunan tol di bawah tanah dengan proyek JIT akan mengubah struktur konsesi dari proyek yang telah ditetapkan oleh BPJT.
"Jalan tol nya mau dibikin di bawah tanah jadi terowongan kan. Ini kan bukan kewenangan kami. Kami kan pemegang konsesi jalan tol normal. Jadi kalau mau ada perubahan-perubahan yang sifatnya sangat mendasar adalah kewenangannya PUPR," kata Frans beberapa waktu lalu.
Proyek JIT sendiri rencananya dibangun mulai tahun ini dan ditarget rampung dalam waktu tiga tahun, yakni tahun 2021. Namun belum diketahui, kapan rencana untuk pengerjaan tol bawah tanahnya.
JIT akan dibangun di bawah tanah di kedalaman sekitar 15 meter, berbentuk semacam terowongan dengan diameter 11 meter yang ada di bawah tanah dan dibangun dua tingkat. (eds/dna)