Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, banyak agenda yang akan dibahas antara Presiden Jokowi dengan pemerintah Australia dan Selandia Baru, salah satunya perjanjian perdagangan atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA).
"Ya memang kita masih berjalan, untuk penyelesaiannya, mestinya nggak lama," kata Darmin di Komplek Istana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan rapat terbatas (ratas) mengenai persiapan kunjungan kerja Presiden Jokowi juga membahas soal Regional Comprehensip Economic Partnership (RCEP) yang manyoal soal perjanjian perdagangan.
"Progresnya tadi menteri perdagangan mengatakan ada beberapa isu yang masih perlu diselesaikan dan prioritasnya tentu kalau itu ada take and give dengan Australia terutama dari tarif rate kuota itu ada permintaan yang cukup besar dan tentunya Indonesia harus melihat juga mengenai ekspornya itu sendiri sehingga ada terjadi trade balance antara ekspor dan impor itu yang menjadi pertimbangan," terang Airlangga.
Baca juga: RI-Australia Kebut Perjanjian Dagang IA-CEPA |
Airlangga menyebutkan proses penyelesaian harus menemukan titik kesepakatan yang sama-sama menguntungkan dua belah pihak. Dia menyebut Australia membutuhkan dari sisi Industri yaitu ERQ untuk baja.
"Kemudian minta juga copperplate dan ada juga beberapa hal yang sifatnya teknis," jelas dia.
Sedangkan Indonesia, kata Airlangga mendorong produk-produk yang bisa meningkatkan ekspor Indonesia.
"Ya tentu barang Indonesia yang bisa didorong untuk Ekspor kita lihat supaya terjadi trade balance bukan kita saja yang mengimpor dari mereka," ungkap dia.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Australia juga akan membicarakan soal peningkatan jumlah penerbangan pesawat, baik penumpang maupun kargo.
Menurut Budi, jumlah penerbangan Indonesia ke Australia ada 81 kali, sedangkan Australia berjumlah 92 kali.
"Keduanya bersepakat untuk menambah jadi saling memberikan keuntungan masing-masing dan tadi saya laporkan kita tidak ada hambatan bahkan selain penumpang, kita juga akan menambahkan kesempatan-kesempatan kargo," kata Budi Karya.
Mengenai peningkatan jumlah kargo, Budi mengaku akan memaksimalkan potensi seperti ikan konsumsi yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk diekspor ke Australia.
Jumlah baik penerbangan penumpang maupun barang, Budi mengatakan akan dilakukan langsung oleh para maskapai penerbangan.
"Jadi misalkan Garuda butuh, kita punya ruang itu. Tidak seperti yang lain kita dibatasi, macam India, kita tidak bisa masuk India. Tapi kalau ini, bisa. Mau Batik, Lion, Sriwijaya bisa masuk Australia dan pasarnya masih bagus," jelas Budi. (hns/hns)