Selama ini sawit Indonesia terkena kampanye hitam, yaitu dituding dari hasil merusak kawasan hutan. Keputusan Luhut itu diambil setelah bertemu 20 duta besar (dubes) negara-negara Uni Eropa, yang dipimpin dubes Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guerend di kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman.
"Kita ketemu dengan 20 dubes Uni Eropa dan Pak dubes Vincent untuk diskusi mengenai masalah palm oil. Kita ingin isu palm oil didiskusikan. Pak Menko (Luhut) nanti persiapan untuk kita ingin dapat masukan dari Uni Eropa mengenai palm oil dan kita harapkan jadi bekal Pak Menko rencana ke Eropa awal April. Jadi mendengarkan saran dari Uni Eropa," kata Deputi bidang Kedaulatan Maritim Arif Havas Oegroseno di Kantor Kemaritiman, Jakarta, Senin (19/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vincent mengatakan, di parlemen Uni Eropa nanti Luhut akan menjelaskan posisi Indonesia soal sawit. Selain itu menjelaskan keberlanjutan produksi sawit di Indonesia, hingga isu mengenai lingkungan hingga tenaga kerja.
Dia menambahkan, Luhut juga bilang jutaan orang di Indonesia hidup dari sawit.
"Jadi saya diundang Pak Luhut bahas palm oil, diskusi di eropa tentang biofeul, Luhut mengatakan isu penting bagi pemerintah Indonesia dan dia akan ke Brussel ketemu parlemen dan negara Uni Eropa," kata Vincent.
"Kami mencari solusi juga untuk palm oil di Indonesia, untuk tenaga kerja, untuk penerimaan. Mr Luhut bilang jutaan orang hidup dari sawit dan kita tahu untuk semua kepentingan karena ada juga isu perubahan iklim, deklarasi Paris, mencari keseimbangan antara ekonomi dan perubahan iklim. Kita butuh memastikan ekonomi dan produksi sawit sustainability," Sambungnya.
Selama di Brussel Luhut juga akan menjelaskan posisi Indonesia terkait rencana Uni Eropa menghilangkan penggunaan biodisel pada 2021. Penjelasan itu juga dilakukan sebelum Concil and The European Parliament (EP) melakukan voting terkait UU Renewable Energy Directive (RED). (hns/hns)